Sempat Tegang, FPI dan Tempo Akhirnya Berdamai
- VIVA/Anwar Sadat
VIVA – Massa Front Pembela Islam atau FPI menggeruduk kantor majalah Tempo di Jalan Palmerah Barat Nomor 8, Kebayoran Lama Jakarta Selatan pada Jumat 16 Maret 2018. Mereka melakukan orasi dan menuntut Majalah Tempo untuk meminta maaf atas karikatur yang dimuat oleh majalah Tempo yang dianggap melecehkan imam FPI.
Tak lama mereka melakukan orasi, beberapa perwakilan FPI, yakni Habib Novel Bamukmin, Ustaz Bernard Abdul Jabar dan beberapa orang lainnya diterima oleh tim Tempo yang diwakili oleh Pemred Majalah Tempo Arif Zulkifli, Coorporate Secretary Tempo Wahyu Muryadi, dan Pemred Koran Tempo Budi Setiyarso.
Jalannya pertemuan tersebut sempat berlangsung memanas. Sebab, perwakilan FPI sempat merasa geram atas karikatur tersebut dan menanyakan maksud karikatur tersebut. Bahkan, dalam pertemuan tersebut diwarnai aksi gebrak meja dan usaha untuk melempar air minum kemasan.
"Hati kami sangat sakit. Kami sebagai umat Islam. Sampai titik darah penghabisan untuk membela ulama kami. Apa maksud untuk membuat karikatur itu? Kami ingin mendapatkan penjelasan rinci," kata salah satu perwakilan FPI.
Arif Zulkifli sebagai pemred langsung menjelaskan. Menurutnya, sama sekali tidak ada maksud untuk melecehkan siapa pun dalam karikatur tersebut, apalagi ulama. Terkait masalah ini, Arif mengatakan, menyerahkan sepenuhnya permasalahan tersebut ke Dewan Pers RI, biar Dewan Pers yang menentukan.
Pertemuan tersebut berjalan cukup lama sekitar dua jam. Setelah kedua belah pihak selesai melakukan pertemuan, Arif selaku pemred majalah Tempo langsung menemui massa FPI dan berbicara di atas mobil komando.
"Terkait dengan karikatur yang dimuat di majalah Tempo beberapa pekan lalu, saya menimbang betul pernyataan dari forum ini. FPI berada di depan, Islam dan NKRI. FPI menjaga ukhuwah dan NKRI. Karena itu, kita harus sama-sama berpihak pada ukhuwah. ini akan diselesaikan dengan jalur yang semestinya, yaitu dengan penyelesaian ke Dewan Pers," kata Arif di atas mobil komando
Selain itu, Arif mengatakan, dengan segera memuat hak jawab terkait masalah ini dalam edisi pekan depan Senin 19 Maret 2018. "Kewajiban kami dari media untuk membuat hak jawab dalam edisi sesingkat-singkatnya, yaitu Senin pekan depan. Hak jawab itu sudah saya terima. Kami akan memuat surat ini. Terima kasih," kata Arif
Massa FPI terlihat kurang puas dan memaksa Arif untuk meminta maaf atas karikatur tersebut. Bahkan, masa yang ada di atas mobil komando sempat meneriaki di depan muka Arif untuk meminta maaf, dan ada juga diantaranya yang mencabut kacamata Arif dan melemparkannya ke bawah.
"Kita jangan bubar dulu, sebelum dia (Arif) meminta maaf," kata salah satu massa yang ada di atas mobil komando.
Karena hal tersebut, Arif akhirnya memenuhi keinginan masa aksi. "Jadi gini, kerja Jurnalistik itu, menyimpan dhoif-nya. Kalau satu majalah Tempo menimbulkan ketersinggungan, saya meminta maaf," ujarnya.
Ucapan tersebut akhirnya dapat diterima oleh masa aksi. Mereka melanjutkannya dengan salawat dan secara teratur membubarkan diri.
Perwakilan massa FPI dari Sekjen Persaudaraan Alumni 212, Ustaz Bernard Abdul Jabar mengatakan, masalah ini sudah selesai. "Seperti yang kita sampaikan tentang konten dari apa yang disampaikan oleh pihak Tempo Grup, maka Insya Allah permasalahannya ini akan menjadi clear," ujarnya saat selesai mediasi.
Pihaknya telah menyampaikan somasi kepada Tempo untuk segera diterbitkan. Jika tidak diterbitkan, mereka akan kembali mendatangi kantor Tempo. Mereka berharap, Tempo tak mengulangi kesalahan serupa.
"Kita lihat besok diterbitkan atau tidak. Tetapi, kalau tidak diterbitkan, ya kita akan datang lagi," ujarnya.