Gara-gara Asmara, Dua Remaja Putri Gebuki Siswi SMP
VIVA – Kepolisian telah meringkus dua remaja putri yang menggebuki seorang siswi Sekolah Menengah Pertama di sebuah rumah kosong di Modernland, Cipondoh, Kota Tangerang, Banten.
Menurut Wakil Kepala Polres Metro Tangerang Kota, AKBP Harlet Silalahi, kedua pelaku berinisial LS (15 tahun) dan YIZ (15 tahun). Keduanya dibekuk, setelah video saat mereka menggebuki korban tersiar luas di media sosial.
Dalam pemeriksaan, kedua pelaku mengaku tak merencanakan tindak kekerasan itu. Pelaku mengatakan, awalnya mereka hanya ingin membicarakan masalah hubungan koran dengan pacar salah satu pelaku.
"Jadi, menurut pelaku, kalau mereka ini melakukan tindak kekerasan karena khilaf dan sebelumnya tak bermaksud melakukan kekerasan tersebut," kata KBP Harley Silalahi di Tangerang, Senin 12 Maret 2018.
Sebelum penganiayaan itu terjadi, korban yang berinisial WA (13 tahun) dan kedua pelaku sempat adu argumen melalui pesan singkat di telepon genggam. Lalu, korban dan kedua pelaku bertemu di sebuah tempat pencucian sepeda motor di Cipondoh.
Saat sempat terjadi cekcok mulut. Dan, mereka sempat diusir pemilik pencucian sepeda motor.
Dari tempat itu, korban dan pelaku menuju ke rumah kosong di kawasan Modernland. Di tempat itulah korban digebuki secara bergantian oleh kedua pelaku.
Sementara itu, LS mengatakan, dia nekat memukuli korban karena korban tak mendengarkan larangannya untuk berhubungan dengan pacar LS.
"Pas ketemu sempat ribut di steam sampai kita diusir. Nah, dari situ saya sudah kesal, karena pas dibilangin sama saya jangan deketin cowok saya, dia malah bodo amat dan enggak peduli," kata LS.
Tindak kekerasan ini berlangsung pada Jumat 9 Maret 2018, pukul 14.30 WIB. Tetapi, rekaman video kekerasan itu baru beredar beberapa hari kemudian.
Hingga saat ini, kedua pelaku masih menjalani pemeriksaan penyidik di Markas Polres Metro Tangerang Kota.
Cegah Kekerasan pada Perempuan dan Anak, Majelis Taklim Deklarasikan Siap Emban Peran Penting
Agenda yang diinisiasikan Harakah Majelis Taklim (HMT) tersebut pun menjadi wujud kepedulian dan keprihatinan atas berbagai peristiwa kekerasan pada perempuan daan anak.
