Setiap Hari, 7 Ribu Ton Sampah Masuk ke Laut Pulau Seribu
- ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
VIVA – Organisasi Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) menyoroti tumpukan sampah plastik di Teluk Jakarta yang terus memburuk hingga Februari 2018.
Direktur Eksekutif Kehati M. S. Sembiring mengatakan, 6.500 hingga 7.000 ton sampah tiap harinya menumpuk di Teluk Jakarta dan berpotensi menghasilkan bencana ekologi di kawasan tersebut.
"Sudah cukup lama masalah sampah di Teluk Jakarta ini menjadi polemik. Namun tak kunjung mendapatkan solusi. Padahal, setiap detik, tumpukan sampah kian bertambah. Ini harus segera dicarikan terobosan agar tak kian parah," ujar Sembiring, di Jakarta Convention Center, Senayan, Kamis, 8 Maret 2018.
Terkait hal itu, Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu Yusen Hardiman menepis dugaan Organisasi Kehati tersebut. Menurutnya, Pemerintah Provinsi DKI sudah melakukan berbagai upaya menanggulangi tumpukan sampah plastik di Teluk Jakarta, dan dibuktikan dengan kembali munculnya hiu paus tutul dan lumba-lumba sebanyak lima kali sepanjang 2016 sampai 2017.
"Lima kali hiu paus tutul muncul 2016 sampai 2017. Ini menandakan ekosistem Teluk Jakarta masih bagus. Lumba-lumbanya juga suka muncul. Walaupun memang sampah plastik itu ada, tentu kita juga lakukan penanganan," ujar Yusen.
Yusen menambahkan, penanganan-penanganan yang telah dilakukan pihaknya adalah dengan menyediakan 33 kapal sampah setiap harinya, dengan kapastias 20-24 ton. Serta menyediakan 15 alat pemusnah sampah L-box di Kepualau Seribu yang mampu membakar 8 meter kubik sampah per 24 jam.
"Setiap hari kami lakukan pengangkutan sampah di laut, dan yang tidak bisa didaur ulang kami bakar di L-box. Sampah dari Pulau Seribu 8-20 ton kita angkut sampahnya rata-rata per hari," ucapnya..
Meski demikian, menurutnya, menyelesaikan permasalahan sampah di Teluk Jakarta tidak hanya bisa mengandalkan upaya-upaya pemerintah. Karenanya peran-peran organisasi lingkungan seperti Kehati untuk mengedukasikan masyarakat maupun wisatawan perlu dilakukan juga agar masyarakat sadar akan potensi buruk dampak sampah terhadap lingkungan.
"Tapi sampah ini enggak bisa diberesin sama pemerintah melulu, masyarakat juga harus turun tangan. Makanya kita butuh organisasi pencinta lingkungan untuk membantu mengedukasi masyarakat," kata dia.
Karena itu dia berharap, dengan kolaborasi antara pemerintah dengan berbagai organisasi pemerhati lingkungan hidup dapat menciptakan Teluk Jakarta yang bersih dan sehat untuk ekosistem lingkungan, dan dapat menjadi destinasi wisata yang baik.
"Pulau Seribu ini destinasi yang paling dekat yah. Pulau Seribu tempat indah untuk tamasya. Kita gali potensi bahari untuk kemajuan bangsa. kan gitu," ujarnya. (ase)