Balai Besar Ciliwung: Banyak Daerah Resapan Jadi Bangunan
- VIVA.co.id/ Eduward Ambarita
VIVA – Banjir yang terjadi belakangan ini di Provinsi DKI Jakarta tak lepas dari belum optimalnya fungsi sungai dan daerah resapan sebagaimana mestinya. Air dari Bendung Katulampa Bogor yang berada di hulu Sungai Ciliwung kerap tak dapat ditampung di hilir, sehingga menyebabkan banjir di beberapa titik Ibu Kota.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane, Jarot Widyoko menyebutkan, lahan yang sedianya dulu berfungsi untuk menghambat air kini kebanyakan beralih menjadi bangunan.
"Dulu (sekitar) Sungai Ciliwung (melintasi Bogor, Depok, dan Jakarta) masih hutan. Belum ada permukiman dan lain- lain," kata Jarot di kantornya Jalan Inspeksi Saluran Tarum Barat, Jakarta Timur, Jakarta, Jumat, 9 Februari 2018.
Menurut Jarot, alih fungsi alam terus-menerus tersebut terjadi hingga kini dan menyebabkan aliran air Sungai Ciliwung di Jakarta meluap. Padahal, jika ada pengendalian pembangunan di tiap daerah, dampak banjir yang terjadi saat ini bisa diminimalisasi.
Jarot menyebutkan, air dari hulu bisa tertahan jika hutan-hutan atau daerah resapan tidak berubah menjadi bangunan komersial. "Kalau hujan langsung meresap ke dalam tanah sehingga meresap di permukaan tanah sedikit karena tertahan daun busuk dan hutan. Dan tanah ini gembur sehingga dia mengalir pelan-pelan," katanya.
Di sisi lain, Jarot mengungkapkan, ada sejumlah alternatif telah dilakukan untuk mengurangi dampak banjir. Di antaranya, membangun dua bendungan di Ciawi dan Sukamahi, melanjutkan normalisasi sungai, membangun sodetan serta sumur untuk menampung air. "Kami tujuannya bahwa kembalikan air ke bumi dari hulu ke hilir," ujarnya.