Kisah Tim SAR 13 Jam Berjuang dari Maut Terowongan Bandara
- ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
VIVA – Hujan deras yang mengguyur wilayah Tangerang, Banten, menyebabkan kontur tanah sekitar di wilayah Bandara Soekarno Hatta, menjadi tak stabil. Khususnya, di ruas terowongan bawah tanah di Jalur Parimeter menuju bandara.
Kondisi ini memicu tanah di tebing terowongan bergerak dan meruntuhkan beton setinggi lebih dari lima meter yang memiliki ketebalan 60 sentimeter.
"Saya di lokasi, karena mau pulang dan rumah memang dekat sana, sebelum runtuh ada bunyi gemuruh begitu dari tanah. Pertama, saya kira itu geluduk (petir) karena posisi juga sedang hujan deras. Dan, saya dengar itu pukul 17.55 WIB, lalu enggak lama setelah itu tiba-tiba saja tembok yang ada di sisi kiri jalur keluar parimeter ini ambruk dan tanahnya longsor," kata Nurdin, warga Neglasari, Tangerang, Selasa 6 Februari 2018.
Tembok tebal sepanjang meter meter tersebut ambruk bersamaan dengan longsornya tanah hingga menutup keseluruhan jalur keluar di Parimeter Selatan. Di atas terowongan, terdapat jalur rel kereta Bandara Soekarno Hatta dengan jarak lima meter dari titik longsor. Beruntung jalur tersebut tak terkena imbas, hanya saja sementara waktu kereta tak beroperasi.
Sementara itu, saat musibah tersebut, tim penyelamat dari Kepolisian Bandara Soekarno Hatta dan Angkasa Pura II, bergegas menuju lokasi dan tiba pada pukul 18.05 WIB, untuk melakukan evakuasi dini.
Namun, diketahui nyatanya, kejadian tersebut mengakibatkan korban jiwa yang terjebak dalam mobil Honda Brio bernomor polisi A 1567 AS yakni, Dyanti Dyah Ayu Cahyani Putri (24 tahun) dan Mukhmainah (25 tahun) yang merupakan karyawan GMF Bandara Soekarno Hatta.
Kemudian, pukul 18.15 WIB, satu alat berat dikerahkan untuk melakukan evakuasi korban yang terjebak di bawah reruntuhan tanah dan beton seberat 50 ton.
Karena masih kurang, sebanyak tiga alat berat pengangkut reruntuhan kemudian diterjunkan, dengan dua alat berat yang berada pada bagian atas, sedangkan satu lainnya melakukan evakuasi di bagian bawah. Tak hanya alat berat, tim penyelamat dari Badan SAR Nasional juga dikerahkan ke lokasi.
Baca: 13 Jam Terjebak Longsor Bandara, Apa yang Terjadi pada Ina?
Penyelamatan korban tak mudah, karena badan mobil terhimpit material beton dengan posisi tepat di bagian atapnya. Salah bertindak, maka maut berpotensi merenggut nyawa keduanya.
Tim SAR tidak bisa menyingkirkan material di atap mobil dengan alat berat. Sebab, akan bisa memicu material bergerak dan menyebabkan atap mobil jebol karena dorongan. Sementara saat itu, kedua korban berada dalam posisi terjepit atap mobil.
Akhirnya, tim SAR memutuskan untuk menggali material yang menimpa mobil dengan cara manual. Di saat bersamaan, dari dalam mobil kondisi kedua korban semakin lemah, mereka mengalami dehidrasi dan kekurangan oksigen. Tim SAR terus berusaha menyelamatkan nyawa kedua korban, oksigen dan air minum terus disuplai ke dalam mobil.
Eko, salah seorang tim penyelamat mengatakan, dalam kondisi itu, dia terus mengajak kedua korban untuk berbincang-bincang dan memberikan semangat, agar tetap tenang dan sabar, sampai tim SAR bisa mengeluarkan keduanya dari dalam mobil.
Baca: Firasat Putri Sebelum Tewas Tertimbun Longsor Bandara Soetta
Tepat pada pukul 03.21 WIB, Selasa 6 Februari 2018, atau sembilan jam dari waktu kejadian, akhirnya tim SAR berhasil menyelamatkan Putri dari dalam mobil. Putri berada di bagian kanan mobil, yakni di kursi pengemudi.
Putri diangkat dari dalam mobil dalam kondisi sadar dan langsung dilarikan ke RSUD Kabupaten Tangerang, sebelum akhirnya dirujuk ke RS Mayapada Tangerang pada pukul 05.00 WIB.
Sementara itu, tim SAR terus bekerja untuk menyelamatkan satu korban lainnya. Yakni Mukhmainah. Proses evekuasi Inah lebih sulit lagi, sebab saat tim SAR menggali, hujan turun dengan derasnya.
Dalam kondisi itu, korban sempat mengalami ketakutan. Tetapi, tim SAR terus berkomunikasi agar korban tak hilang kesadaran dan terus meminta agar korban berdoa.
Baca: Bisikan Terakhir Ibu ke Putri, Korban Longsor Bandara Soetta
Tak hanya cuaca yang jadi kendala tim SAR, tapi juga kondisi tubuh Inah, yang ternyata terikat pada sabu pengaman dan terkunci.
"Sementara, badan ke atas itu sudah bebas tetapi perut bagian bawah itu terjepit besi dari safety belt. Ini sementara yang mau kita potong itu dekat perutnya, jika dilakukan dia kesakitan. Jadi, masih dicari cara untuk lepas dari safety belt tersebut," kata Kepala Basarnas, M. Syaugi, Selasa.
Namun, akhirnya tepat pada pukul 07.15 WIB, Inah berhasil diselamatkan setelah berada lebih dari 12 jam terjebak dalam reruntuhan. Inah menderita luka di bagian paha dan tangan kanan. Ia pun segera dilarikan ke RS Siloam Tangerang untuk mendapatkan penanganan dini.
Setelah seluruh rangkaian evakuasi korban tuntas dilakukan, ternyata takdir berkata lain, pada pukul 05.00 WIB, Putri menghembuskan napas terakhirnya di RS Mayapada. Dia mengalami luka parah di leher.
Lihat video berikut: