Polisi Ringkus 11 Pelaku Bayaran Penyerangan Warga di Deliserdang yang Tewaskan 2 Orang

Kapolrestabes Medan, Kombes Pol. Gidion Arif Setyawan.(B.S.Putra/VIVA)
Sumber :
  • VIVA.co.id/B.S. Putra (Medan)

Medan, VIVA – Tim gabungan kepolisian berhasil meringkus 11 pelaku bayaran penyerangan terhadap warga di Jalan Selambo, Desa Amplas, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deliserdang. Akibat peristiwa itu, dua warga tewas.

DPR Sebut Kasus Polisi Tembak Polisi di Sumbar Brutal dan Sangat Ekstrem

Peristiwa berdarah ini terjadi pada Selasa dini hari, 22 Oktober 2024, sekitar pukul 02.30 WIB. Masing-masing korban bernama Bungaran Samosir (51) dan Adam Djhorgi (27). Sedangkan, 6 warga lainnya mengalami luka-luka. 

Kapolda Sumatera Utara, Irjen Pol Whisnu Hermawan Februanto mengungkapkan tiga pelaku lagi masih dalam pengejeran atau masuk dalam daftar pencarian orang (DPO). Kini, para pelaku tengah diburu tim gabungan kepolisian dari Polda Sumut dan Polrestabes Medan.

Tampang 2 Pria yang Berlagak Jagoan Keroyok Sopir Taksi Online di Tol, Motifnya Persoalan Sepele

"Peristiwa ini merupakan tindak pidana bersama-sama, melakukan kekerasan terhadap orang sehingga menyebabkan mati," ucap Whisnu dalam jumpa pers di Markas Polrestabes Medan, Jumat, 25 Oktober 2024.

Ilustrasi garis polisi

Photo :
  • VIVA.co.id/Andrew Tito
2 Pelaku Pengeroyok Sopir Taksi Online di Tol Dalam Kota Saat Bawa Penumpang Ditangkap

Didampingi Kapolrestabes Medan Kombes Pol Gidion Arif Setyawan, Whisnu menjelaskan bahwa hasil otopsi kedua korban tewas akibat senjata tajam dan ditembak.

"Bungaran Samosir meninggal karena luka bacok, sedangkan Adam tewas akibat luka tembak di bagian dada," jelas Whisnu.

Geng Motor Neleng Jadi Pelaku Utama

Kapolda mengungkap bahwa geng motor Neleng, jadi pelaku utama. Penyidikan intensif yang dilakukan oleh Polrestabes Medan dalam peristiwa ini adalah anggota geng motor Neleng. Sebanyak 11 orang telah berhasil ditangkap, sementara tiga orang lainnya masih dalam pengejaran.

"Para pelaku ini melakukan penyerangan secara bersama-sama. Yang menjadi ketua geng motor Neleng adalah MTA, seorang warga binaan yang masih dalam masa pembebasan bersyarat," ungkap Kapolda.

Dari hasil tes urine, Kapolda menegaskan bahwa sebagian besar pelaku positif mengonsumsi narkoba jenis inex. Hal ini semakin memperkuat dugaan bahwa pengaruh narkoba menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya aksi kekerasan tersebut.

"Setelah hasil urine dicek, rata-rata mereka ini (tersangka) menggunakan narkotika jenis inex. Jadi gak salah, kalau saya selalu memerintahkan kepada jajaran untuk memberantas narkoba. Bahkan saya sampaikan kepada para pimpinan Polres harus tegas, keras, dan terukur," tegas Kapolda.

Menanggapi peristiwa ini, Kapolda Sumut menegaskan bahwa pihaknya akan terus berupaya menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas). 

"Polri tidak akan tinggal diam. Kami akan terus melakukan tindakan tegas terhadap segala bentuk kejahatan, terutama yang melibatkan geng motor dan narkoba," tutur Whisnu.

Kapolda juga mengimbau kepada masyarakat untuk tidak ragu melaporkan segala bentuk gangguan Kamtibmas kepada pihak kepolisian.  "Kami berharap dengan kerja sama yang baik antara Polri dan masyarakat, kita dapat menciptakan situasi yang aman dan nyaman di Sumatera Utara," jelas Whisnu.

Sebelumnya, Kapolrestabes Medan, Kombes Pol. Gidion Arif Setyawan, membantah bahwa pelaku ini, geng motor. Melainkan orang suruhan dengan janji upah sebesar Rp 3 juta untuk masing-masing pelaku. Mirisnya, salah pelaku merupakan anak di bawah umur.

Pihak kepolisian sedang memburu dalang intelektual dalam peristiwa penyerangan warga ini. Karena, buntut peristiwa berdarah itu, diduga karena konflik agraria di lokasi kejadian tersebut. 

"Terhadap aktor intelektual, dalam peristiwa bentrokan yang terjadi itu dalam pengejaran personel Sat Reskrim Polrestabes, beserta jajaran," ucap Gidion. 

Mantan Kapolres Metro Jakarta Utara tersebut menjelaskan bahwa situasi pasca bentrokan itu telah kembali kondusif. Namun begitu, Polrestabes Medan dibantu Polda Sumut tetap menyiagakan personel di lokasi kejadian. Hal itu, guna mengantisipasi terjadinya kembali kerusuhan yang dapat mengganggu aktivitas warga. 

"Saya tegaskan bahwa peristiwa ini terjadi karena masalah lahan. Ke depan persoalan krusial mengenai konflik lahan atau agraria ini dapat diselesaikan secara yuridis legal formil. Kalaupun persoalan ini belum bisa terselesaikan maka diingatkan kepada semua tidak melakukan kekerasan karena akan menimbulkan masalah baru," jelas Gidion.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya