Anak Bermain di Sekitar Masjid usai Salat Jumat Dibanting Pria Dewasa hingga Pingsan
- VIVA.co.id/Satria Zulfikar (Mataram)
Lombok, VIVA – Seorang pria di Ampenan, Kota Mataram, Lombok membanting anak berusia 12 tahun hingga pingsan. Kejadian tersebut terekam kamera pengawas di sekitar lokasi kejadian, Jumat, 18 Oktober 2024.
Video yang berdurasi 2 menit 12 detik itu memperlihatkan pria itu tiba-tiba mengejar anak-anak yang sedang bermain di sekitar masjid usai salat Jumat.
Korban yang menggunakan baju berwarna hitam terlihat ditangkap pelaku. Lalu dengan cepat pelaku memegang, mengangkat dan membanting anak itu ke lantai hingga seketika pingsan. Pelaku kemudian pergi meninggalkan korban yang tergeletak tak sadarkan diri.
Menyadari korban pingsan, pelaku datang dan berusaha mengangkat kerah baju korban lalu melepasnya lagi. Dia kemudian pergi meninggalkan korban.
Pelaku kemudian muncul lagi mengangkat korban dan berusaha membangunkan korban yang masih lemas.
Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram turun mengadvokasi kasus penganiayaan terhadap anak. LPA mendampingi korban bersama orang tua korban melakukan visum di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram.
Ketua LPA Kota Mataram, Joko Jumadi mengatakan anak-anak yang bermain di sekitar masjid dikejar oleh pelaku. Pelaku menangkap seorang anak dan membanting hingga pingsan.
"Setelah Salat Jumat anak-anak main-main di sekitar masjid. Kemudian dikejar dan diangkat dibanting sampai pingsan," katanya.
Korban merupakan anak berinisial K yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Joko mengatakan usai Salat Jumat, pelaku yang berada di lantai atas masjid melihat anak-anak yang sedang berada di lantai bawah. Kemudian korban bertanya ke pelaku mengapa melihat dirinya.
"Korban ini tanya ke pelaku 'kenapa saya dilihat' tiba-tiba pelaku langsung turun," ujarnya.
Pelaku kemudian mengejar korban dan membanting korban. Hingga saat ini tidak jelas alasan pelaku membanting korban hingga pingsan.
Joko mengatakan akan membantu orang tua korban melaporkan ke aparat kepolisian kasus tersebut.
"Saya pikir (pelaku) harus ada konsekuensinya," katanya.