Misteri Kematian Mahasiswi USU Didalami Polisi: Wajah Jadi Tengkorak, Badan Utuh

Foto Mahira Dinabila semasa hidup ditampilkan di layar ponsel pintar.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA Kriminal – Polsek Patumbak terus mendalami penyelidikan kasus kematian seorang mahasiswi Universitas Sumatera Utara (USU), bernama Mahira Dinabila (19). Kematiannya dinilai penuh kejanggalan dan misterius karena dikabarkan ditemukan dalam kondisi tidak wajar. Mukanya disebut tinggal tengkorak, namun badannya utuh.

Miris, Balita Usia Setahun Disiram Air Panas oleh Pengasuh di Daycare

Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) USU itu ditemukan tewas di rumah orang tua angkatnya di Kompleks Perumahan Rivera, Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan, Sumatera Utara, Rabu 3 Mei 2023. 

Saat jasad wanita itu dibawa ke ruang jenazah RS Bhayangkara, Kota Medan. Bapak angkat korban berinsial M menolak untuk diautopsi. Dia meminta dibawa pulang dan langsung dimakamkan di TPU dekat rumah korban.

Kapolres Jakut Ultimatum Pelaku Penyiraman Air Keras ke Polisi untuk Segera Menyerahkan Diri

Untuk mengungkap kematian mahasiswi USU, polisi juga sudah melakukan pembongkaran kuburan untuk dilakukan otopsi. Sejumlah sempel diambil untuk diteliti. 

Kapolsek Patumbak, Kompol Faidir Chaniago mengungkapkan, sejumlah saksi sudah diminta keterangan, termasuk barang bukti. Juga sudah diamankan CCTV mati di rumah korban. Hal ini untuk dilakukan pengecekan hasil rekaman kamera pengawas itu.

Polri Gandeng Kepolisian Kanada Perangi Kejahatan Transnasional

"Sudah (kita cek), kondisinya CCTV mati kan, sudah kita ambil masih kita upayakan (diperiksa), apakah ini mati (di waktu kejadian), apa (mati karena) rusak, sedang kita cek," sebut Faidir, Minggu 21 Mei 2023.

Faidir mengungkapkan bahwa saksi-saksi yang dimintai keterangan yakni bapak angkat korban berinsial M hingga bapak kandung korban, Pariono. Dari keterangan saksi-saksi tersebut, dilakukan pendalaman dengan barang bukti ditemukan.

"Sudah banyak saksi kita periksa, bapak angkat dan kandung kita periksa juga," tutur mantan Kapolsek Medan Area itu.

Ada Surat Wasiat Palsu

Faidir mengatakan, di lokasi kejadian, polisi juga menemukan surat wasiat Mahira yang diduga palsu. Surat itu dilakukan pemeriksaan di Laboratorium Forensik Polda Sumut.

"(Suratnya) Uda kita serahkan ke Labfor, kita menunggu, semuanya yang ada di TKP sudah kita amankan, pada saat itu kan saksinya Labfor, bukan kita, jadi kita menunggu itu kan, kerjanya nggak bisa cepat," kata Faidir.

Terpisah, Bapak kandung korban, Pariono mengungkapkan bahwa Mahira dirawat orang tuanya angkat, yakni M dan YA sejak korban berusia 4 bulan. Karena pasangan suami-istri itu, sudah lama menikah tapi belum dikaruniai anak.

Bapak angkat korban, M merupakan abang dari istri Pariono. Singkat cerita, Mahira dan ibu angkatnya dan bapak angkat tinggal di rumah Perumahan Rivera, Kecamatan Medan Amplas itu. Pada 2020 lalu, ibu angkat korban meninggal dunia. Sedangkan, korban tinggal bersama ayah angkatnya di rumah tersebut.

Ayah Kandung Minta Keadilan

Pariono mengaku terkejut mendengar kabar anak kandungnya tersebut meninggal dunia dengan kondisi wajah sudah menjadi tengkorak. Ditambah lagi, ada kecurigaan terkait sikap ayah angkat korban yang menolak untuk diotopsi.

"M datang sibuk nanya ke saya, kok belum diselesaikan mayat ini?. Kok belum dimandikan juga?. Saya bilang, sabar. Dia lalu datang ke Rumah Sakit Bhayangkara. Rupaya menunjukkan bahwasanya itu anak (tidak perlu) diautopsi, saya kecewa sebetulnya," ucap Pariono dengan nada sedih.

Pariono mengungkapkan ada kejanggalan dari rumah tersebut. Di mana saat ditemukan jasad mahasiswi itu, kondisi pagar tergembok pada posisi di luar. Sehingga menandakan penghuni rumah tidak ada.

"Kejanggalan lainnya yang saya lihat yang seperti itu, muka anak saya tinggal tengkorak tapi badannya utuh. Itu saya lihat di foto waktu saya sampai di Rumah Sakit Bhayangkara, polisi juga memberi foto gembok (katanya mengunci Mahira),'' sebut Pariono, saat ditemui di rumahnya di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

Dengan demikian, Pariono meminta keadilan kepada pihak kepolisian agar teka-teki kematian anaknya tersebut, cepat terungkap dengan jelas.

"Apa dayanya, cuma minta keadilan atas kematian anak saya ini. Cepat lah terungkap hasil autopsi ini, bahwasannya ini mati gak wajar banyak kejanggalan-kejangalan. Ini (Mahira) anak baik, saya sedih sekali," ucap Pariono.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya