Edarkan Ratusan Butir Obat Tramadol dan Hexymer, Pedagang Cilor Dibekuk Polisi

Polisi di Serang, Banten, mengungkap peredaran obat keras bebas diperjualbelikan
Sumber :
  • VIVA/Yandi Deslatama

VIVA Kriminal – Pedagang aci dicampur telor atau kerap disebut cilor, nyambi menjual obat keras jenis Hexymer dan Tramadol. Keduanya berinisial HN dan DD, ditangkap dipinggir jalan darah Kesawon, Kelurahan Trondol, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten.

Pramono Anung Janji Buka Taman 24 Jam: Orang Jakarta Butuh Tempat Hangout Malam Hari

"Kalau pelaku penjual obat keras, pengakuannya mereka pedagang cilor," ujar Kasatresnarkoba Polresta Serkot, AKP Hengki Kurniawan, Jumat, 11 November 2022.

Dari keduanya, polisi menyita 1.000 butir Hexymer, 100 butir Tramadol, serta 40 butir obat warna kuning bertuliskan MF. Obat keras itu dibungkus ke plastik kecil yang berisikan empat butir, Kemudian dijual seharga Rp 10 ribu per bungkusnya. 

Aksi Komplotan Maling Motor Tembak Polisi saat Beraksi hingga Berujung Didor Tewas saat Ditangkap

Polisi di Serang, Banten, mengungkap peredaran obat keras bebas diperjualbelikan

Photo :
  • VIVA/Yandi Deslatama

Penjual cilor yang nyambi berdagang obat keras itu mendapatkan barang haram dari seseorang berinisial Buloh, yang kini dalam pengejaran.

Netizen Curiga Pria yang Ditangkap Bukan Ivan Sugiamto, Polda Jatim Membantah

Sembari berdagang cilor, keduanya juga menjual obat keras jenis Hexymer, Tramadol serta obat keras merk MF, yang berakibat buruk bagi kesehatan pemakainya.

"Kedua tersangka melakukan (penjualan) di seputaran Kota Serang. Dikenakan Pasal 196 atau pasal 197, Undang-undang (UU) RI nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, keduanya diberikan ancaman pidana paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp 1,5 miliar," terangnya.

Satresnarkoba Polresta Serkot juga menangkap dua pemuda pengangguran yang memilih menjual sabu. Mereka ditangkap di sebuah gang atau jalan kecil di Kota Serang, Banten, saat menaruh barang haram untuk diambil pembelinya.

Setiap harinya, MR dan GR bisa menaruh sabu paket kecil ke lima tempat berbeda, sesuai permintaan bandar yang mendapatkan pesanan narkoba dari konsumennya.

"Per titik (upahnya) Rp 50 ribu dia naruh, berdasarkan pengakuan antara tiga sampai lima titik, tergantung dari konsumen. Kurang lebih sudah dua bulan, hasilnya digunakan untuk kebutuhan harian aja," ujarnya.

Dari MR dan GR, polisi menyita 6,45 gram sabu, timbangan digital serta handphone yang digunakan untuk berkomunikasi dengan bandarnya. 

Kedua tersangka mendapat perintah dari Lana, bandar narkoba yang masih buron, untuk menaruh narkoba dilokasi yang sudah ditentukan. Kemudian MR dan GR memfoto tempat sabu ditaruh.

Foto itu dikirim ke Lana dan bandar mengirimnya ke konsumen. Kemudian pembeli mengambil sabu ke lokasi yang sudah ditentukan.

"Tersangka dikenakan Pasal 114 ayat 1, subsider Pasal 112 ayat 1 juncto Pasal 132 ayat 1, UU nomor 35 tahun 2009, tentang narkotika. Ancaman hukuman pidana antara 5 tahun sampai 20 tahun, denda Rp 1,5 miliar," jelasnya.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya