Bocah SD Korban Kekerasan Seksual di Jeneponto Alami Trauma

Ilustrasi korban kekerasan seksual.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA Kriminal – M (7), murid sekolah dasar asal Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, yang diduga menjadi korban kekerasan seksual, tengah menjalani perawatan dan observasi di ruang perawatan anak Rumah Sakit Unhas Makassar.
Dalam pemeriksaan itu, korban didampingi ibunya dan kepala seksi tindak lanjut UPT Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Sulsel.

Cagub Sulsel Danny Pomanto Optimis Menang Mengalahkan Adik Menteri Pertanian di Pilkada

Kepala UPT PPA Dinas Sulsel, Meisy Papayungan, mengatakan korban saat ini lebih banyak diam. Sehingga tim berusaha berkomunikasi agar korban tidak merasa ketakutan. Ini juga dilakukan untuk memberi dukungan ke keluarganya agar tidak merasa sendiri dalam menghadapi persoalan ini.

Baca juga: Pelajar SMP di Jeneponto Perkosa Bocah SD

Seorang Istri di Pasuruan Jadi Korban Kekerasan Seksual Suaminya asal Australia

Dia mengaku akan segera menurunkan tim setelah seluruh tindakan medis selesai dilaksanakan kepada korban, dan proses pendampingan akan dilanjutkan dengan perawatan kondisi mental korban melalui psikolog. 

“Kondisi terkini korban saat ini masih dipantau, diobservasi, juga sudah dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk diagnosa supaya segera bisa ditindaki hari ini,” kata Meisy, Senin, 1 Agustus 2022.

Polisi Tetapkan 3 Tersangka Kasus Pemerkosaan Kakak Adik di Purworejo

Meisy mengatakan, korban dirujuk dari Kabupaten Jeneponto pada Senin subuh tadi. “Pasien dirujuk jam 4 subuh. Kami terima informasi jam 6 pagi, segera sudah ada tim di sana, ada kepala Seksi Tindak Lanjut UPT PPA Sulsel, kemudian tadi, juga saya sudah berkoordinasi langsung dengan pihak rumah sakit untuk bagaimana penganan selanjutnya,” tutur Meisy.

Ia melanjutkan, selain berfokus pada tindakan medis yang akan diberikan kepada korban, pihak UPT PPA juga mendampingi ibu korban. Baik dalam berkonsultasi dengan pihak rumah sakit maupun menyediakan kebutuhan spesifik bagi korban dan keluarganya. 

“Sekarang ini kami fokus pendampingan untuk tindakan medis korban. Kami juga mendampingi keluarga, yakni orangtua korban, karena tidak tahu tindakan-tindakan apa yang harus diambil jika konsul dengan dokter. Beliau juga masih trauma dan sedih kaget anaknya menjadi korban,” tutur Meisy.

“Kami juga sudah antisipasi dengan menyediakan kebutuhan spesifik, baik pakaian, susu. Apa pun kebutuhan spesifik, kami sudah siapkan,” lanjut Meisy.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya