Polisi Ungkap Pasien Klinik Aborsi Ilegal, Pasangan Belum Menikah

Polisi bongkar klinik aborsi ilegal di Percetakan Negara.
Sumber :
  • VIVA/ Foe Peace Simbolon.

VIVA – Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya mengungkap fakta terkait identitas pasien di klinik aborsi ilegal di Percetakan Negara III, Jakarta Pusat. Hal tersebut terungkap saat rekonstruksi, Jumat kemarin saat rekontruksi. Diketahui kebanyakan para pasien klinik aborsi tersebut adalah pasangan muda mudi yang belum menikah.

Jaga Kondusivitas, Pramono Ajak Semua Pihak Legowo Terima Hasil Pilkada

Wakil Direktur Reserse Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Polisi Jean Calvijn mengatakan, tersangka RS yang menggugurkan kandungan di klinik aborsi ilegal diketahui hamil di luar ikatan pernikahan. Tersangka dengan pacarnya diketahui sering kali melakukan hubungan badan hingga akhirnya RS pun hamil.

“Yang bersangkutan (RS) belum berkeluarga ya. Dia hanya pekerja karyawan swasta,” ujar Calvin dikonfirmasi, Sabtu 26 September 2020.

Takjub Lihat Polda Metro Jaya Megah, Dharma Pongrekun: Adabnya Juga Harus Megah

Baca juga: Klinik Aborsi Percetakan Negara Pakai Calo untuk Jaring Pelanggan

Dalam reka adegan juga terungkap bahwa tersangka RS membayar sejumlah uang sekitar Rp4 juta kepada klinik aborsi ilegal untuk menggugurkan janinnya. 

Polisi Ungkap Modus Peminjam Bawa Kabur Duit Anak Usaha KoinWorks

Dalam prosesnya rekonstruksi, tersangka RS juga harus membayar membayar uang Rp250 ribu untuk bayar registrasi, Rp200 ribu pendaftaran, dan Rp50 ribu untuk cek USG.

“Adegan 20: tersangka RS membayar aborsi secara cash senilai Rp4 juta ke tersangka MM,” ujarnya.

Dalam kasus ini, Calvin mengatakan adanya keterlibatan pihak calo atau marketing secara online yang bertugas merekrut ataupun mencari pasien yang akan melakukan aborsi di klinik aborsi ilegal kawasan Percetakan Negara, Jakarta Pusat.

Pemeriksaan polisi diketahui dalam website klinikaborsiresmi.com tertera nomor-nomor kontak para calo, 

“Dalam praktik aborsi ini, peran para calo sangat besar, Kita melihat skema jaringan ini siapa pun pasien yang membuka web tersebut ternyata nomornya para calo sudah tertera di situ. Setelah itu baru mereka menghubungi tempat-tempat aborsi yang mereka ketahui,” ucapnya.

Calvin menjelaskan, karena peran para calon ini sangat besar dalam pencarian para pasien dan ujung tombak pemasukan klinik aborsi tersebut, mereka mendapatkan bagian cukup besar dari bisnis jasa terlantang itu.

“Yang jelas adalah apabila pasien ini datang dengan menggunakan website, pembagiannya adalah 50 persen untuk calo yang ada di website itu yang mengantarkan, dan 50 persen untuk pemilik aborsi,” ujarnya 

“Kemudian untuk sisa 50 persennya lagi dibagikan kepada tim pendukung dan pemilik tempat aborsi, 50 persen ini dibagi setelah masing-masing biaya diberikan oleh tim pendukung. Ada yang Rp150 ribu sampai Rp250 ribu,” sambungnya.

Dia juga menyebut para calo itu juga tetap mendapatkan bagian meski pasien tersebut tidak mencari melalui website.

“Para calo nantinya juga akan tetap mendapatkan bagian sebesar 40 persen. Artinya ternyata biaya untuk calo ini lebih besar daripada untuk tim yang melakukan tindakan aborsi yaitu oknum dokter dan petugas medis,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya