Manajemen WO Pandamanda Kacau setelah Bosnya Beli Rumah Mewah
- VIVAnews/Zahrul Darmawan
VIVA – Polisi menetapkan Anwar Said, pemilik sekaligus bos perusahaan jasa layanan resepsi pernikahan (wedding organizer/WO) Pandamanda, sebagai tersangka penipuan atas puluhan pasangan calon pengantin pengguna jasanya.
Sejauh ini, berdasarkan laporan polisi, sudah ada 40 pasang calon pengantin yang mengadukan kerugian mereka dan Anwar diperkirakan telah meraup uang lebih dari 2,5 miliar. Praktik penipuan itu terungkap setelah dua pasang pengantin melapor kepada polisi gara-gara resepsi pernikahan mereka berantakan.
Anwar merintis bisnis WO-nya sejak tahun 2013 dan mempekerjakan sepuluh orang, masing-masing diupah Rp1 juta sampai Rp1,8 juta per bulan. Sebenarnya, kata pemuda berusia 32 tahun itu, semua kegiatan pernikahan yang perusahaannya layani berjalan lancar sejauh ini. Namun, muncul masalah dalam dua tahun terakhir, di antaranya tidak tersedianya katering, dekorasi, dan fasilitas hiburan maupun dokumentasi.
“Keuntungan ada sedikit, sih, yang penting kami evennya jalan dulu saja. Kurang lebih keuntungan per event (acara) Rp5 juta,” katanya ketika polisi memperlihatkannya kepada pers di kantor Kepolisian Resor Metropolitan Depok, Kamis, 6 Februari 2020.
Dalam sepekan, Anwar mengklaim, Pandamanda rata-rata bisa melangsungkan empat pesta pernikahan sekaligus--dua kegiatan di hari Sabtu dan dua lagi di hari Minggu. Bahkan, sampai sekarang, Pandamanda sudah menerima 50 order pesta pernikahan sampai Januari 2021, meski ada juga bulan-bulan tertentu yang kosong order.
Sebagian besar kliennya telah membayar uang muka, jumlahnya berfvriasi antara Rp10 juta sampai Rp25 juta. Semua uang yang masuk, pesta pernikahannya sudah menjelang atau masih lama, dikumpulkan lalu dikelola untuk biaya operasional.
Rumah Mewah
Polisi mencurigai bahwa sebagian uang yang masuk ke Pandamanda dipakai untuk menutupi kekurangan biaya operasional penyelenggaraan pesta pernikahan kliennya yang lain. Pola itu diterapkan lagi untuk menuntupi pesta pernikahan yang lain, dan begitu seterusnya.
Bahkan, menurut Kepala Kepolisian Resor Metropolitan Depok Kombes Pol Azis Andriansyah, Anwar juga membelanjakan sebagian uang pengguna jasanya untuk kepentingan pribadi, misalnya, dia mencicil sebuah rumah seharga Rp1,2 miliar dan angsurannya sudah mencapai Rp300 juta.
Manajemen keuangan yang amburadul itu mulanya tak disadari dampaknya oleh Anwar sampai 2 Februari lalu, saat dua pesta pernikahan kliennya berantakan. Sumber masalahnya manajemen gali lubang untuk tutup lubang lain, ditambah sebagian uang para kliennya ditilap untuk membeli rumah mewah.
“Dia mulai keteteran setelah beli rumah seharga Rp1,2 miliar dan sudah dicicil sekitar Rp300 juta. Kemudian nutupin operasional dan beberapa mobil yang digadaikan,” kata Aziz.