Enam Fakta Mengejutkan tentang Keraton Agung Sejagat

Raja Keraton Agung Sejagat, Toto Susanto dan permaisurinya, Fanni Aminadia.
Sumber :
  • VIVAnews/Dwi Royanto

VIVA – Kekuasaan Toto Santoso yang mendaku sebagai raja Keraton Agung Sejagat berumur pendek. Toto dilengserkan dari takhtanya hanya lima hari setelah dia mendeklarasikan pendirian kerajaannya sekaligus mendaulat diri sebagai rajanya dan beristana di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Mahkota sang Raja, bersama perempuan yang dia umumkan sebagai ratu atau permaisuri, Fanni Aminadia, dilucuti setelah polisi menangkap dan menahannya atas tuduhan penipuan, menyebarkan berita bohong, dan membuat keonaran. Semua aparaturnya dibubarkan dan beberapa di antaranya ikut diperiksa sebagai saksi.

Klaim bahwa Keraton Agung Sejagat menguasai seluruh dunia dan Toto menjadi raja untuk menyelamatkan umat manusia rontok seketika. Raja dan Ratu lima hari itu harus mendekam di tahanan Markas Polda Jawa Tengah dan terancam hukuman pidana penjara selama sepuluh tahun.

Penahanan Toto dan Fanni tak hanya mengakhiri masa kerajaan yang berbasis di Desa Pogung Jurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, itu, melainkan juga menyisakan sejumlah fakta menarik tentang eksistensi singkatnya. Berdasarkan hasil penyelidikan sementara oleh polisi, tim redaksi VIVAnews mencatat sedikitnya ada enam fakta menarik tentang Keraton Agung Sejagat. Berikut ini selengkapnya:

Pertama, Toto Santoso tinggal di rumah kontrakan

Meski mendaulat diri sebagai raja, Toto Santoso tak punya rumah sendiri. Dia tinggal di sebuah rumah kontrakan di Dusun Berjo Kulon, Desa Sidoluhur, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.

Rumah kontrakan yang ditinggali Raja Keraton Purworejo, Toto Santoso

Dia sudah dua tahun tinggal di rumah kontrakan itu bersama keluarganya dan beberapa orang pengikutnya. Para pengikut Toto kerap datang ke rumah kontrakan itu hampir setiap hari. Mereka tidak berkegiatan utama di sana, melainkan dipusatkan di Purworejo. Biasanya mereka berdandan dan memakai seragam lalu berangkat bareng ke Purworejo.

Kedua, Toto Santoso dan Fanni Aminadia bukan pasangan suami-istri

Temui Jokowi di Solo, Gerindra Bilang Itu Janji Presiden Prabowo Subianto

Mulanya publik mengira Toto Santoso dan Fanni Aminadia adalah pasangan suami-istri, yang kemudian berkolaborasi mendirikan kerajaan Keraton Agung Sejagat dan masing-masing mendaku sebagai raja dan permaisuri. Tetapi, berdasarkan pemeriksaan polisi, keduanya bukanlah pasangan suami-istri.

Raja dan Ratu Kerajaan Agung Sejagat di Purworejo, Jawa Tengah.

Prabowo Tiba di Solo, Diagendakan Bertemu Jokowi Malam Ini

"Sang ratu ini bukan istri sungguhan dari tersangka Toto Santoso. Ia hanya menjadi istri di dalam Keraton saja. Dia itu teman saat di Jakarta, kebetulan bertemu lagi di Yogyakarta," kata Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah, Inspektur Jenderal Polisi Rycko Amelza Dahniel.

Ketiga, lahan kompleks istana milik seorang pengikutnya

Temui Jokowi di Solo, Ridwan Kamil Berguru Soal Menata Jakarta

Lokasi yang dijadikan istana Keraton Agung Sejagat di Desa Pogung Juru Tengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, ternyata adalah aset pribadi salah satu pengikut sang raja, Toto Santoso. Polisi belum menyebut identitasnya, tetapi lahan itu dipilih atas perintah sang raja.

Kerajaan agung sejagat

Sebagaimana diungkapkan Rycko Amelza Dahniel, Toto memilih tempat itu bukan karena alasan strategis, melainkan sesuai wangsit atau bisikan gaib. Menurut wangsit yang diterima Toto, di situlah dia seharusnya mendirikan istana kerajaan.

Keempat, tetap mengakui NKRI dan Presiden Joko Widodo

Polisi sempat mencurigai Toto dan Fanni mengajarkan paham tertentu yang bertentangan dengan Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta sistem ketatanegaraan Indonesia, terutama karena dia mengklaim mendirikan kekaisaran yang menguasai dunia.

Toto Santoso, pria yang mengklaim sebagai Raja Keraton Agung Sejagat.

Tetapi, Toto dan para pengikutnya ternyata tak menentang Pancasila maupuan NKRI, bahkan masih mengakui Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin. "... mereka tidak bertentangan, mereka tetap menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia; mengakui presiden dan wakil presiden dan seluruh pemerintahan Indonesia," kata Rycko.

Kelima, para pengikutnya dari luar Purworejo

Berdasarkan data Kepolisian, kerajaan palsu itu memiliki pengikut lebih dari 400 orang. Namun, meski berbasis di Purworejo, sebagian besar pengikutnya bukan warga setempat, melainkan dari luar daerah, bahkan ada yang berasal dari Sumatera. Metode perekrutan anggotanya pun dengan cara iming-iming jabatan dan gaji tetap yang tinggi.

Kirab Keraton Agung sejagat

"Ada yang dijadikan penasihat atau resi, ada yang dijanjikan menjadi gubernur dan bupati. Ada yang juga yang sudah mengabdi di sana. Mereka menjanjikan kehidupan bagi pengikutnya," kata Rycko.

Keenam, istana Keraton Agung Sejagat belum rampung dibangun

Di Desa Pogung Jurutengah, Bayan, Purworejo, memang ada satu bangunan berhalaman luas yang dikelilingi pagar dinding setinggi satu setengah meter. Di situlah diklaim sebagai istana Keraton Agung Sejagat. Di bagian tengah berdiri sebuah bangunan setengah jadi yang diklaim sebagai pendapa atau aula terbuka untuk tempat pertemuan. Di sisi utaranya ada kolam yang disakralkan.

Sejumlah pengunjung berada di gapura pintu masuk komplek Keraton Agung Sejagad D

Di sudut lain, tiga atau empat meter dari bangunan pendapa, teronggok satu batu besar berdiameter satu meter yang disebut semacam batu prasasti. Disebut begitu karena pada sisi permukaannya yang menghadap ke pendapa, terdapat ukiran-ukiran aksara Jawa, dua telapak kaki, dan simbol-simbol yang belum diketahui maknanya. Batu itu disebut dengan Prasasti I Bumi Mataram.

Pada sudut lain lagi berdiri sebuah gapura atau semacam pintu gerbang untuk masuk ke kompleks Keraton. Bentuk bangunannya menyerupai pola bangunan-bangunan candi Hindu-Buddha di Jawa. Tetapi, sama seperti bangunan pendapa, gapura itu tampak belum rampung dibangun. Susunan bata-bata hebel berwarnah putih keabu-abuan dengan lapisan semen tak rata di setiap permukaannya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya