Lima Fakta Penyerangan Polsek Wonokromo
- VIVAnews/Nur Faishal
VIVA – Peringatan Kemerdekaan RI ke-74 pada Sabtu, 17 Agustus 2019, di Kota Surabaya, Jawa Timur, diwarnai insiden penyerangan oleh pria berinisial IM (30 tahun) di Markas Kepolisian Sektor Wonokromo.
Seorang polisi, Aiptu Agus Sumarsono, mengalami luka-luka akibat bacokan pelaku dengan senjata tajam jenis celurit, Sabtu petang. Pelaku diduga terpapar paham radikalisme dari ISIS.
Pihak Densus Antiteroris pun masih mendalami motif dan latar belakang pelaku melakukan penyerangan Polsek Wonokromo ini.
Menyerang Mendadak
Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur, Inspektur Jenderal Polisi Luki Hermawan mengatakan, pelaku datang ke SPKT Polsek Wonokromo dengan berpura-pura mau melapor. Dia dilayani Aiptu Agus Sumarsono.
"Tahu-tahu meloncat dan mengeluarkan celurit dan membacok korban (Aiptu Agus Sumarsono)," katanya di lokasi.
Ditemukan Gambar Mirip ISIS
Polisi berhasil melumpuhkan pelaku sesaat setelah membacok korban. Dari dalam ransel hitam pelaku, polisi menemukan barang bukti, di antaranya, senjata tajam jenis pisau panjang, ketapel dan peluru kelereng, senapan angin, dan kertas bergambar mirip lambang ISIS.
"Masih didalami tim Densus," kata Kepala Polrestabes Surabaya, Kombes Pol Sandi Nugroho.
Diduga Lakukan Amaliah
Polisi menduga penyerangan yang dilakukan oleh IM di Markas Polsek Wonokromo berkaitan dengan amaliah, sebuah aksi yang dipengaruhi pemahaman radikal ekstrem. "Dugaannya pelaku melakukan amaliah," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jatim, Komisaris Besar Polisi Frans Barung Mangera.
Pelaku Dikenal Tertutup
IM diketahui beralamat KTP di Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep, Madura. Tetapi sejak lima tahun lalu, bersama istri dan ketiga anaknya dia tinggal indekos di Jalan Sidosermo IV Gang I. Setiap hari pelaku berdagang sempol dan makaroni. Penampilan IM dan istrinya mulai berubah sejak tiga tahunan lalu.
"Orangnya tertutup," kata penjaga indekos.
Terpengaruh Radikalisme dari Medsos
Informasi diperoleh, IM terpengaruh paham radikal ekstrem dari media sosial, seperti Youtube dan Facebook, terutama konten Aman Abdurrahman, narapidana tindak pidana terorisme. "Belajar dari medsos, dari Youtube dan Facebook," kata Kombes Pol Frans Barung Mangera.
Tim Detasemen Khusus sudah mengamankan IM dan diperiksa. Istri dan ketiga anaknya juga dibawa dari indekosnya setelah digeledah pada Sabtu malam. Pengamatan VIVAnews di lokasi, kamar IM di indekos berlantai dua itu kini digaris polisi. Mereka dibawa ke Markas Kepolisian Daerah Jatim.