Ke Bangladesh, Jokowi Diagendakan ke Kamp Pengungsi
- REUTERS/Damir Sagolj
VIVA – Dalam rangkaian kunjungan kenegaraannya ke Bangladesh pada tanggal 27-28 Januari mendatang, Presiden Joko Widodo direncanakan akan mengunjungi kamp penampungan pengungsi Rohingya yang berada di wilayah Cox'z Bazar.
Indonesia merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang paling pertama bergerak cepat ketika terjadinya pergolakan terhadap etnis Rohingya dan berperan aktif dalam mengatasi masalah Rohingya.
"Jika situasi memungkinkan, karena kamp pengungsi yang sangat jauh dan tidak mudah, kita upayakan Presiden bisa kunjungan ke kamp pengungsi dan melihat secara langsung. Pemerintah Bangladesh juga akan memfasilitasi dan diharapkan bisa terlaksana," kata Direktur Asia Tengah dan Selatan Kemlu RI, Ferdy Piay di Jakarta, Jumat, 19 Januari 2018.
Ferdy mengatakan selama ini Indonesia bekerja sama dengan Indonesian Humanitarian Assistance telah mengerahkan tenaga medis untuk membantu menangani masalah kesehatan yang dialami pengungsi Rohingya di Bangladesh. Tak hanya itu, bantuan yang diberikan Indonesia juga telah diberikan sejak tahun-tahun sebelumnnya.
Dalam kunjungan Presiden Jokowi kali ini, pemerintah Indonensia berharap bisa menyampaikan kepada Bangladesh, apa saja yang bisa dilakukan Indonesia lebih lanjut. Sebab seperti diketahui, saat ini jumlah pengungsi Rohingya yang berada di Cox's Bazar jumlahnya bahkan mencapai ratusan ribu jiwa.
"Jadi sedang kita matangkan ada beberapa hal tambahan yang bisa kita berikan untuk meringankan beban pemerintah Bangladesh," ujar Ferdy.
Selain itu terkait dengan repatriasi atau pemulangan kembali pengungsi Rohingya ke tempat asalnya di negara bagian Rakhine, Myanmar, pemerintah Indonesia pun menyambut baik dan berharap jaminan tinggal dan keselamatan bagi etnis Rohingya dapat diberikan.
"Repatriasi bukan saja memulangkan dan secara aman diterima di sana, kita dorong saat mereka kembali, mereka bisa bangun lagi tempat tinggal. Memang proses negosiasi cukup alot, tapi kita ikuti dengan seksama karena senang melihat bahwa Myanmar dan Bangladesh masih ingin membuka dialog," ujarnya.