Palestina Tolak AS Jadi Mediator Perundingan Damai
- REUTERS/Yuri Gripas
VIVA – Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan bahwa dia hanya akan menerima panel yang luas dan didukung secara internasional untuk menjadi perantara perundingan damai dengan Israel.
"Kami tidak menerima Amerika Serikat sebagai mediator antara kami dan Israel. Biarlah komite internasional yang dibentuk pada konferensi internasional, yang terdiri dari empat atau lima negara. Tapi jika Amerika Serikat sendiri, tidak," kata Abbas, dikutip dari Reuters, Senin, 15 Januari 2018.
"Kami tidak akan menerima apa pun yang AS putuskan dan kami tidak akan menerima mediasinya setelah melakukan kejahatan itu," ujar Abbas.
Warga Palestina 'murka' atas pengakuan Presiden Donald Trump terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Dalam sebuah pertemuan, Abbas mengatakan langkah itu telah mendiskualifikasikan Amerika sebagai 'perantara damai'.
Di sisi lain, Israel mengatakan menyambut AS sebagai mediator. Namun, tawaran AS untuk menghidupkan kembali perundingan, yang dipimpin oleh penasihat sekaligus menantu Trump, Jared Kushner, sejauh ini tidak menunjukkan kemajuan.
Sejak tahun 2002, sebuah 'kuartet' perundingan perdamaian Timur Tengah yang terdiri dari Amerika, Rusia, Uni Eropa dan Perserikatan Bangsa Bangsa telah ditugaskan untuk mempromosikan usaha perdamaian, namun gagal menunjukkan hasil apa pun.
Pengakuan Trump terhadap Yerusalem membalikkan dekade kebijakan AS dan telah membuat orang-orang Palestina marah dan memicu demonstrasi kekerasan di Yerusalem, Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Israel menganggap Yerusalem sebagai ibukota abadi dan tak dapat dibagi. Orang-orang Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka.
Israel merebut Yerusalem Timur dalam perang Timur Tengah 1967 dan mencaploknya dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui secara internasional. (ase)