Demonstrasi Berdarah di Iran, Perusuh Dicap 'Melawan Tuhan'
- Reuters
VIVA – Sedikitnya 20 orang tewas dan 450 lainnya telah ditangkap selama enam hari demonstrasi antipemerintah nasional yang terjadi di Iran termasuk di Kota Teheran. Selama gelombang demonstrasi, beberapa kali berujung kerusuhan berdarah.
Kerusuhan yang dimulai sejak Kamis pekan lalu itu dipicu oleh masalah ekonomi seperti kenaikan harga dan tingkat pengangguran yang tinggi. Namun sejak saat itu, kerusuhan meluas dengan kemarahan atas dugaan korupsi pemerintah dan ketidakpuasan terhadap para penguasa negara.
Televisi pemerintah melaporkan bahwa mereka yang tewas antara lain enam perusuh dalam sebuah serangan di kantor polisi di kota Qahdarijan, seorang anak laki-laki berusia 11 tahun dan pria berusia 20 tahun yang tewas di Kota Khomeinishahr serta seorang anggota Garda Revolusi yang terbunuh di Kota Najafabad.
Kota-kota tersebut semuanya berada di provinsi Isfahan, Iran, sekitar 215 mil selatan Teheran. Kantor berita IRNA melaporkan bahwa secara nasional, 200 demonstran ditangkap pada Sabtu, 150 orang pada hari Minggu dan 100 orang pada hari Senin, 1 Januari 2018.
Dalam sidang kabinet, sebagaimana dilansir USA Today, Presiden Iran Hassan Rouhani merespons aksi tersebut.
"Kita adalah bangsa yang bebas dan kita bebas menyuarakan protes sesuai dengan konstitusi. Namun pada saat bersamaan, kita perlu tahu kritik harus diungkapkan dengan cara yang baik sehingga bisa mengubah keadaan," ujar Rouhani.
Namun salah satu kantor berita Iran, Tasnim, menyatakan bahwa para demonstran yang ditangkap akan berpotensi menghadapi ancaman hukuman mati saat mereka diadili. Tasnim mengutip pernyataan Kepala Pengadilan Revolusioner Teheran, Mousa Ghazanfarabadi yang mengatakan bahwa tuduhan yang dijatuhkan kepada mereka adalah ‘berperang melawan Tuhan'.
"Pelanggaran tersebut membawa hukuman mati di Iran," ujarnya.