Malaysia Tangkap WNI Diduga Terkait Jaringan Teroris
- Reuters/Alaa Al-Marjani
VIVA – Seorang WNI ditangkap oleh pihak keamanan Malaysia. Ia diduga memiliki kaitan dengan jaringan teroris.
Kepala Polisi Diraja Malaysia Inspektur Jenderal Polisi Mohamad Fuzi Harun dalam sebuah pernyataan mengatakan, dalam operasi kontra-teror yang dilakukan di empat negara bagian antara 30 November dan 15 Desember, pihaknya telah menangkap 20 orang. Sekitar 13 dari mereka yang ditangkap adalah warga negara asing.
Mereka dicurigai melakukan perekrutan dan mengajak untuk bergabung dengan Abu Sayyaf, sebuah kelompok militan yang terkenal dengan penculikan dan pemancungan di Filipina selatan. Diantara mereka termasuk seorang Filipina berusia 50 tahun yang dicurigai merekrut orang-orang sebangsanya di Malaysia.
Seorang sumber intelijen Malaysia kepada Reuters, pria tersebut dikabarkan telah tinggal di Malaysia sejak tahun 2016. Ia diyakini sebagai sepupu almarhum pemimpin Abu Sayyaf, Isnilon Hapilon. Polisi juga menangkap seorang warga Indonesia, yang dicurigai sebagai pemimpin jemaah Ansharut Daulah, sebuah aliansi milisi Islam yang pro-ISIS, katanya.
Hapilon, "emir" negara Islam yang dipercaya memimpin wilayah di Asia Tenggara, terbunuh pada bulan Oktober oleh tentara Filipina di kota Marawi. Di kota itu Hapilon memimpin pengepungan kota tersebut selama lima bulan.
Pria Filipina tersebut terlibat dalam pemboman Juli 2017 di Bandung, Indonesia, sebelum pergi ke Malaysia untuk menghindari penangkapan, kata Mohamad Fuzi. "Tersangka berencana untuk mengumpulkan dana di Malaysia sebelum berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS," katanya, merujuk pada negara Islam.
Negara berpenduduk mayoritas Muslim di Asia Tenggara ini mengaku menjadi sangat waspada sejak orang-orang bersenjata yang terkait dengan negara Islam melancarkan beberapa serangan di Jakarta, ibu kota negara tetangga Indonesia, pada Januari 2016.
Selain WN Malaysia dan Indonesia, polisi juga mengatakan ada seorang mantan guru Malaysia berusia 46 tahun ditangkap di Sarawak, di pulau Kalimantan. Ia ditangkap sehubungan dengan rencana untuk menyerang sebuah festival bir di Kuala Lumpur, kata polisi. Tiga orang lainnya ditangkap pada bulan Oktober, berkaitan dengan rencana yang sama.