Rekomendasi Rencana Perjalanan Wisata ke Chubu, Jepang #2

Shirakawa-go di Jepang
Sumber :
  • Wikipedia

VIVA – Beberapa minggu lalu, saya mendapat kesempatan untuk jalan-jalan ke Jepang tepatnya ke Chubu selama 6 hari 4 malam bersama teman-teman dari media dan agen travel berjumlah 8 orang.

Chubu terletak di tengah-tengah Pulau Honshu yang merupakan pulau terbesar di Jepang yang terdiri lima Prefektur yaitu Shizuoka, Aichi, Gifu, Yamanashi dan Nagano. Chubu, secara geografis berada hampir di tengah-tengah Jepang.

Chubu juga berada satu lokasi dengan Gunung Fuji yang diliputi oleh daerah pegunungan setinggi 3000 meter. Oleh sebab itu di Chubu kita bisa menikmati pemandangan puncak menjulang ‘Pegunungan Alpen Jepang’. Pemandangan gunung cantik ini adalah daya tarik utama dari wilayah tersebut.

Perjalanan saya ke Jepang ini atas undangan media trip yang diselenggarakan oleh Points Global bekerjasama dengan Freeplus Indonesia. Destinasi pertama yang kami kunjungi di Jepang ini adalah Chubu. Sebelumnya saya sudah mengupas perjalanan wisata dari hari pertama hingga ketiga. Nah, sekarang saya akan mengupas perjalanan di hari keempat hingga keenam.

Hari ke-4, Wisata Prefektur Gifu yang Memesona
Usai sarapan di Hotel Gujo Hachiman, hari keempat ini kami satu rombongan mulai checkout dari hotel dan kembali ke bis untuk melanjutkan perjalanan berikutnya.

Pemadandangan sekitar Hotel Gujo Hachiman, Jepang

Karena lokasi yang akan kami kunjungi berada di wilayah paling tinggi, sepanjang jalan mulai tampak tumpukan salju, kami yang memang hingga hari ketiga belum menemukan salju langsung berteriak senang. Masing-masing sibuk dengan kameranya untuk mengambil momen terbaiknya.  Selain itu ada juga yang sibuk untuk siaran langsung dimasukan ke media sosial tentunya.

Kamar di Hotel Gujo Hachiman, Jepang

Shirakawa-Go Village-Takayama
Tujuan kami adalah mengunjungi Shirakawa-Go Village,  desa ini terletak di lembah Sungai Sho-Gawa (Shirakawa), lembah Gunung Ryohaku, berbatasan dengan Prefektur Gifu dan Toyama.  

Letak perumahan penduduk juga bervariasi,  mulai dari 350 meter hingga sekitar 2700 meter di atas permukaan laut.  Saat musim salju, desa ini tampak begitu cantik. Pandangan memesona pun berlanjut di malam hari, kala lampu-lampu menghiasi perumahan penduduk. Tak hanya letaknya yang unik, nilai sejarah dan sosial yang tinggi,  menjadikan Desa Shirakawa-Go sebagai salah satu Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 1995. 

Rumah Gassho-Zukuri di Shirakwa Go Village, Jepang

Yang membuat unik adalah di desa ini hampir semua model dan gaya arsitektur bangunannya berbentuk Gassho-zukuri yaitu berbentuk segitiga runcing. Kata Gassho merupakan bahasa Jepang yang menyatakan sebuah gerakan ritual, dimana tangan terkatup di dada dengan tujuan untuk berdoa atau tanda hormat, permintaan maaf maupun menyatakan rasa syukur. Konstruksi bangunan model Gassho-Zukuri di Shirakawa-Go yang berbentuk segitiga ini bertujuan agar air hujan dan salju lebat lebih mudah menetes atau turun ke bawah. Dengan begitu beban atap akan berkurang dan rumah tetap berdiri kokoh. Biasanya rumah Gassho ini memiliki bentuk yang besar yang terdiri dari 3 hingga 4 lantai di bawah atapnya.

Rumah Gassho-Zukuri di Shirakwa Go Village, Jepang

Kesempatan terbaik bagi Anda apabila bisa menyaksikan Tradisi Yui di Shirakawa-Go. Tradisi Yui merupakan proses penggantian atap rumah yang dilakukan selama 30 tahun sekali dengan cara gotong-royong sesama warga. Rasa kebersamaan inilah yang menjadi kekuatan dan kekeluargaan yang membuat Desa Shirakawa ini tetap bertahan bahkan mendapat perhatian khusus di dunia pariwisata dunia.

Rumah Gassho-Zukuri di Shirakwa Go Village, Jepang

Rumah Gassho-Zukuri di Shirakwa-Go saat ini berjumlah sekitar 114 rumah dan bangunan tertuanya sudah berusia sekitar hampir 300 tahun. Rumah Gassho-Zukuri yang terbesar di Shirakawa Go adalah Wada House atau Rumah Wada. Bangunan ini merupakan bangunan khusus dan penting di Shirakawa-Go yang ditempati oleh keluarga para pemimpin desa dari generasi hingga generasi.

Rumah Wada  ini, di masa lalu dijadikan sebagai tempat untuk menjalankan bisnis. Di bawah lantai satu dijadikan tempat pembuatan bubuk senjata dan lantai atas digunakan untuk tempat memelihara ulat sutra. Harga tiket masuk Wada House di Shirakawa-Go Jepang ini adalah sebesar 300 Yen.

Kebetulan saya memang masuk ke dalam ingin mengetahui isi perlantainya di rumah tersebut. Dari dalam rumah tersebut barulah kita bisa merasakan keunikan struktur bangunan serta fitur-fitur arsitektur lainnya. Dari lantai atasnya terhampar pemandangan sekeliling desa yang super cantik. Selain Wada House ada juga 2 rumah Gassho-zukuri lain yang dibuka untuk umum (Kanda House dan Nagase House).

Dalam rumah Gassho-Zukuri di Shirakwa Go Village, Jepang

Nah, buat teman-teman yang ingin berkunjung ke Jepang, jangan sampai melewatkan Shirakawa-Go Village dalam destinasi wisatanya. Jalan-jalan ke Jepang memang paling seru dan menyenangkan apalagi saat musim salju tiba. Tapi jangan salah, tidak hanya musim salju saja, kamu bisa berkunjung ke Shirakawa-Go, karena pada saat musim semi, pemandangan desa yang cerah dan keindahan hutan yang sejuk juga tidak kalah menarik.  

Selesai menikmati pemandangan di Shirakawa-Go, kami kembali ke Takayama. Daya tarik dari Takayama City adalah atmosfer kota tua yang memiliki suasana zaman dulu (jadul) abad 17-an dengan masih berdirinya rumah-rumah pedagang yang dulunya sukses.

Private Tour Anti Ribet, Pilihan Ideal Trip Ke Jepang

Toko di Takayama City, Jepang

Sambil berjalan di lorong-lorong jalanan kota tua, kita bisa membayangkan suasana kehidupan pada masa lampau. Sekarang lorong-lorong tersebut diramaikan oleh toko-toko suvenir, penjual sake serta restoran.

Kenapa Tiket ke Jepang Lebih Mahal Belakangan Ini?

Takayama City di daerah Gifu Prefecture, Jepang

Kalau mau mengintip rumah pejabat pada zaman dahulu, kita bisa mampir ke Takayama Jinya yang berada tidak jauh dari Takayama Old Town. Takayama Jinya ini merupakan kantor cabang pemerintahan pada masa Edo Bakufu tahun 1682 sampai 1868. Meskipun umurnya sudah tua, namun bangunannya masih terpelihara dengan baik. tentu akan sangat seru juga jika bisa mengintip rumah pejabat zaman dahulu, seperti masuk ke setting film, namun sayang kami hanya bisa menyusuri lorong pertokoan yang menjual aneka ragam suvenir dan shake.

Jerome Polin Bagikan Tips Traveling Anti-Mainstream ke Jepang Tanpa Khawatir Dompet Kering

Takayama City di daerah Gifu Prefecture, Jepang

Selain itu, satu hal yang terkenal di Takayama City di daerah Prefektur Gifu ini adalah Hida Beef. Pokoknya jika mendengar Takayama, orang-orang langsung ingat Hida Beef. Sebelumnya kami tidak tahu menahu tentang Hida Beef ini dan ternyata jenis daging sapi ini masuk 3 top beef di Jepang selain Kobe Beef dan Matsusaka Beef. Kami juga sempat mencicipi Hida Beef Steak di hotel tempat kami menginap tapi di area ini tentunya ada banyak tempat lain untuk makan Hida Beef.

Menu Jepang dengan irisan Hida Beef

Gero Onsen, Bosenkan Hotel
Usai berkeliling di Takayama City, kamipun lanjut untuk kembali ke hotel ketiga yaitu di Bosenkan Hotel, Gero Onsen. Sebuah penginapan yang beroperasi sejak Tahun 1818. Di Area dengan luas sekitar 1.100 M persegi ini, Anda dapat merasakan keindahan 4 musim sambil jalan-jalan di sebuah taman bernuansa Jepang.

Suasana di sekitar Bosenkan Hotel, Jepang

Selain itu, Anda dapat juga bisa menikmati pemandian air panas outdoor ditemani desiran air sungai yang menawan. Untuk menu makanannya juga tidak kalah lezat, hotel ini menyediakan satu set masakan khas Jepang dengan bahan-bahan yang telah dipilih oleh Head Chef yang tentunya berpengalaman.

Untuk beristirahat pun disediakan kamar ala Jepang (washitsu) yang nyaman dilengkapi dengan futon (kasur) dimana selalu menggunakan tatami sebagai lantai, ini mengingatkan saya akan serial kartun Doraemon. Meskipun hotelnya terkesan tradisional namun untuk toiletnya bergaya barat dengan kecanggihan yang luar biasa. Menginap di Bosenkan Hotel ini semua pengalaman  berbudaya Jepang benar-benar disajikan.

Kamar di Bosenkan Hotel, Jepang

Usai makan malam, kami berencana akan mandi di onsen, salah satu hal yang wajib dicoba selagi di Jepang, membuat saya berpikir dua kali untuk mencobanya atau tidak. Maklum karena di Indonesia tidak wajar mandi ramai-ramai sambil bertelanjang di tempat pemandian umum meskipun sesama jenis.

Didorong perasaan ingin merasakan budaya mandi ala Jepang sekaligus melepas keletihan setelah berjalan dan berkeliling seharian, saya pun memberanikan diri untuk mandi di onsen yang ada di hotel tempat kami menginap. Kandungan mineral yang terkandung dalam onsen dipercaya bisa menyehatkan badan dan menyembuhkan beberapa penyakit, seperti penyakit kulit, pernafasan, dan pencernaan. Dan ternyata benar, usai berendam di onsen seluruh badanpun segar kembali sehingga bisa istirahat dengan pulas hingga pagi.

Hari ke-5, Prefektur Aichi
Ideyu Morning Market

Ideyu Morning Market, Jepang
Usai sarapan di hotel, kami kemudian melanjutkan perjalanan menuju Ideyu Morning Market. Lumayan seru mengamati kesibukan di pasar ini sekaligus melihat produk-produk berkualitas yang dijual di sini. Selain para penjual ikan/seafood mentah, sayuran dan bunga, di dalam bangunan pasar ini juga ada beberapa restoran kecil yang mengolah bahan-bahan seafood menjadi makanan siap santap. Hal paling mencolok yang kami amati dari pasar ini bersih dan tidak ada sampah berserakan.

Inuyama Castle
Usai berbelanja di Ideyu Morning Market perjalanan dilanjutkan menuju ke Kastil Inuyama. Kastil Inuyama (Inuyama-jo) adalah salah satu tempat tujuan wisata di Jepang yang menarik untuk dikunjungi.

Inuyama Castle

Terletak di Inuyama-shi, Aichi, kastil ini selesai dibangun pada tahun 1537 oleh Oda Nobuyasu, yang merupakan paman dari daimyo terkenal Oda Nobunaga, seorang daimyo muda yang berusaha menyatukan Jepang di abad ke-16.

Kastil Inuyama merupakan salah satu istana kayu di Nagoya, Prefektur Aichi. Kastil Inuyama adalah salah satu dari 12 istana di Jepang yang dibangun sebelum periode Edo. Kastil Inuyama dikenal dengan arsitekturnya yang sangat indah, serta memiliki sejarah yang selamat dari peperangan serta bencana alam di Jepang. Istana tersebut menghadap Sungai Kiso, yang dijadikan sebagai perbatasan antara Prefektur Aichi dan Gifu.

Inuyama Castle, Jepang

Tingkat atas menara benteng adalah ruang observasi berukuran 7,3 m dari utara ke selatan dan 5,5 m timur ke barat, dan tetap mempertahankan karakteristiknya sejak menara istana pertama kali dirancang. Tinggi kastil kira-kira 25 m diukur dari permukaan tanah, dan Kastil Inuyama ini ditetapkan sebagai National Treasure.

Sesampainya di pintu masuk, kita sudah langsung dihadang dengan suasana kastil dan perkampungan Jepang. Perjalanan menuju castle juga melewati beberapa mon (gerbang) seperti di Fushimi Inari Taisha. Suasananya sangat kental dengan nuansa tradisional. Untuk memasuki kastil, juga terdapat beberapa persyaratan seperti kita harus melepas sepatu. Karena selain lantai yang licin, juga untuk menjaga kebersihan kastil.

Pintu masuk ke Inuyama Castle

Biasanya para pengunjung akan menuju puncak kastil. Selain bisa menyaksikan pemandangan dari atas kastil, pada bagian puncaknya juga masih terdapat deretan barang-barang peninggalan sejarah. Karena pengunjung yang ramai dan tangga kastil yang bisa dibilang sempit dan licin, maka kita harus sangat berhati-hati untuk naik dan turun tangga.

Sampai di puncak, saya begitu kagum dengan pemandangannya yang sangat cantik sekali. Dimana kita bisa menyaksikan sungai ala Jepang serta suasana perumahan dan perkampungan ala Jepang. Karena puncak yang kecil, kita bisa keliling memutari puncak sehingga bisa menyaksikan pemandangan sekeliling. Namun kita juga mesti sangat hati-hati saat berada di atas, karena beranda yang sempit dan licin.

Pemandangan di sekitar Inuyama Castle, Jepang

Selesai menjelajahi kastil, perjalanan dilanjutkan untuk makan siang di di Jyou lalu lanjut ke Nagoya TV Tower dan Oasis 21. Kawasan pusat kota Sakae adalah surga berbelanja, dengan banyaknya toserba termasuk pemain raksasa Jepang, Mitsukoshi dan Matsuzakaya berkumpul dekat stasiun.

Kemudian setelah puas berbelanja untuk oleh-oleh keluarga di tanah air, acara dilanjutkan untuk meeting dengan Ministry of Ministry of Land, Infrastructure and Transport. di rapat ini kami berdelapan bisa saling memberikan saran dan kritik untuk pariwisata yang ada di Nagoya ini. Lalu dilanjutkan dengan makan malam di Kin no Kura dan beristirahat di Meitetsu Grand Hotel.

Menu di Restoran Kin no Kura, Nagoya, Jepang

Hari ke-6, Chubu Airport-Jakarta
Hari keenam, kami pagi-pagi sekali harus checkout dari hotel, karena jam 7 waktu bagian Nagoya ini harus segera menuju Chubu Centrair International Airport melalui jalur kereta api dari Meitetsu Station. Kebetulan hotel tempat kami menginap di Meitetsu Grand Hotel ini berada di atas stasiun kereta api Meitetsu, sehingga memudahkan kami untuk bisa langsung turun ke bawah tanpa harus gelisah takut tertinggal kereta.

Kota Nagoya dilihat dari atas Meitetsu Grand Hotel, Jepang

Dari Chubu Centrair International Airport, kami naik pesawat Asiana Airlines yang akan transit dahulu di Bandara Incheon-Seoul (Korea Selatan) sebelum akhirnya tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta.

Bandara Chubu Centrair International, Jepang

Mudah-mudahan dari sharing itinerary ini bisa jadi inspirasi destinasi alternatif bagi yang sudah pernah ke Tokyo, Osaka atau Kyoto dan ingin mencari destinasi lain yang lebih menarik untuk dikunjungi tentunya. (webtorial)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya