Rekomendasi Rencana Perjalanan Wisata ke Chubu, Jepang #1
VIVA – Beberapa minggu lalu, saya mendapat kesempatan untuk jalan-jalan ke Jepang tepatnya ke Chubu selama 6 hari 4 malam bersama teman-teman dari media dan agen travel berjumlah 8 orang.
Chubu terletak di tengah-tengah Pulau Honshu yang merupakan pulau terbesar di Jepang yang terdiri lima Prefektur yaitu Shizuoka, Aichi, Gifu, Yamanashi dan Nagano. Chubu, secara geografis berada hampir di tengah-tengah Jepang.
Chubu juga berada satu lokasi dengan Gunung Fuji, yang diliputi oleh daerah pegunungan setinggi 3000 meter. Oleh sebab itu di Chubu kita bisa menikmati pemandangan puncak menjulang ‘Pegunungan Alpen Jepang’. Pemandangan gunung cantik ini adalah daya tarik utama dari wilayah tersebut.
Perjalanan saya ke Jepang ini atas undangan media trip yang diselenggarakan oleh Points Global bekerjasama dengan Freeplus Indonesia. Destinasi pertama yang kami kunjungi di Jepang ini adalah Chubu.
Trip keliling Chubu dan sekitarnya ini dilakukan pada tanggal 27 November hingga 1 Desember 2017, di mana di Jepang sedang musim gugur. Karena Jepang punya 4 musim, pemandangan di beberapa tempat akan berbeda-beda sesuai musimnya, namun menurut saya itinerary berikut ini bisa diterapkan kapan saja. Paling pemandangannya saja yang berbeda karena pada saat kami ke sana ada daerah-daerah memang sedang musim gugur dan ada juga salju yang sudah mulai turun, namun tentunya di musim panas pemandangannya akan berbeda juga meski masih tetap menarik.
Hari ke-1: Flight Jakarta-Bangkok-Chubu
Penerbangan kami dari Jakarta malam, sekitar jam 19.05 dari Bandara Soekarno-Hatta naik Thai Airways International menuju Bangkok. Penerbangan Jakarta-Bangkok memakan waktu 3 jam 30 menit.
Transit di Bandara Bangkok (Suvarnabhumi) kami tidak ada waktu lama, karena harus langsung antri lagi untuk masuk pesawat menuju Chubu Centrair International selama 7 jam 25 menit. Bandara Internasional Centrair Chubu Nagoya berlokasi di sebuah pulau buatan yang berdekatan dengan pesisir, sekitar 35 km di sebelah selatan kota Nagoya.
Hari ke-2: Wisata Prefektur Mie
Tiba di Chubu Centrair International Airport kami harus masih harus naik kapal feri berkecepatan tinggi Tsu Airport Line dari pelabuhan yang ada di Bandara Internasional Chubu. Kapal feri akan berhenti di Pelabuhan Tsu Nagisa-machi. Waktu perjalanan sekitar 2 jam, biaya paket naik kapal feri dan bus ekspres adalah 3.200 yen.
Makan Siang di Tsu Miyabi
Dari Pelabuhan Tsu Nagisa-machi, kami sudah dijemput oleh bis untuk diajak makan siang di restoran Tsu Miyabi, di Tsu City. Makanan yang disajikan adalah menu lengkap khas Jepang yang beraneka macam nan lezat tentunya.
Jadwal perjalanan kami selama di Chubu ini sangat padat, sehingga waktu yang amat singkat ini sangat dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk mengunjungi beberapa destinasi wisata selama 6 hari di Chubu.
Kampung Ama-san
Selesai makan siang kami melanjutkan perjalanan ke perkampungan Ama-san di Hachiman Kamado tepatnya di Osatsu-cho Toba City, Prefektur Mie, Jepang tengah. Ama-san ini adalah wanita-wanita pemburu kerang dengan cara tradisional yang memiliki teknik kemampuan pernapasan yang luar bisa karena bisa menyelam selama satu menit. Ama-san juga disebut-sebut sebagai pekerjaan tertua bagi wanita di Jepang (sebagian besar Ama-san adalah wanita).
Ama-san ini juga merupakan salah satu pendukung sustainable fishery karena selain cara mengambil kerang (terkadang mereka juga mengambil ikan, gurita, dan rumput laut) tidak menggunakan cara yang merusak seperti bom, mereka juga memiliki waktu yang ketat untuk berburu demi menghindari overfishing.
Lewat pengelola Ama Tour, Amakoya kami bisa melihat cara mereka mengolah hasil laut dan berbincang-bincang santai tentang kehidupan mereka. Walaupun cuma bisa berbahasa Jepang, tapi mereka sangat ramah. Di sana, saya juga sempat berbincang dengan Reiko-san seorang Ama-san yang berumur 86 tahun yang masih sehat, gesit dan lincah.
Di Ama Tour ini, para wisatawan muslim yang ingin melakukan shalat lima waktu disediakan mushola yang terpisah antara mushola laki-laki dan perempuan. Mereka juga menyediakan sandal untuk wudhu dan cermin di musola yang nyaman dan sejuk ini.
Selain itu menu yang ditawarkan juga halal, meski belum halal certified, tapi mereka memastikan bahwa pada menu yang mereka tawarkan adalah full seafood dan nggak mengandung alkohol termasuk mirin. Ragam menu disajikan di restoran ini mulai dari oyster, Ise Lobster (lobster terbaiknya Jepang), sashimi, scallops, hingga hijiki (sejenis rumput laut yang dimasak enak banget dengan rasa agak sedikit manis).
***
Okage Yokocho Street
Setelah menikmati aneka seafood lezat, lanjut perjalanan kami menuju ke Okage Yokocho Street, deretan pertokoan Yokocho terletak di Monzencho di depan Kuil Ise Jingu. Di sini Anda dapat berjalan-jalan sambil menikmati kuliner lezat khas daerah ini serta bangunan-bangunan tradisional Jepang yang berarsitektur rekonstruksi bangunan-bangunan dari era Edo sampai Meiji. Ada total 55 berbagai toko dan restoran di sepanjang jalan ini.
Selain itu di sini ada banyak toko oleh-oleh, berbagai pengalaman menarik yang bisa Anda coba, dan tentu saja berbagai kedai yang menyediakan kuliner-kuliner lezat, mulai dari ‘Fukusuke’ yaitu restoran Ise Udon dari Kedai Tekone Chaya yang terkenal lezat.
Walaupun hanya untuk sekedar berjalan-jalan saja, Anda tetap akan dapat menikmati Okage Yokocho di Kota Ise, Prefektur Mie. Untuk semakin merasakan suasana Jepang, kita juga bisa berkunjung ke Kuil Ise.
Nabana no Sato
Usai puas berjalan-jaln sore di Okage Yokocho, malam harinya perjalanan dilanjutkan untuk mengunjungi salah satu taman lampu paling terkenal di Jepang,yaitu Nabana no sato. Iluminasi spektakuler terbesar di Jepang ini letaknya di Pulau Nagashima yang merupakan bagian dari Prefektur Mie, merupakan ladang bunga yang sangat terkenal.
Wisata ini menampilkan bunga dengan aneka warna dan corak. Dari pertengahan bulan September sampai awal bulan November, Anda dapat melihat bunga kosmos berwarna-warni. Bunga kosmos tersebut bentuknya hampir menyerupai bunga sakura. Dari kebun bunga seluas lebih dari 26.000 meter persegi ini, langit biru akan terlihat lebih indah dan menarik karena berdampingan dengan lautan bunga biru. Sedangkan pada musim dingin tempat ini disulap menjadi taman lampion atau iluminasi yang sangat menakjubkan.
Area ini memiliki luas sekitar 300.000 meter persegi dan merupakan taman bunga terbesar di Jepang. Bahkan selama 3 tahun berturut-turut iluminasi di sini menempati urutan pertama dalam ‘Peringkat Iluminasi Nasional’ oleh Yakei Kansho-shi (Badan Apresiasi Pemandangan Malam).
Sambil menikmati keindahan keindahan kerlap kerlip jutaan lampu indah ini, di dalam area wisata ini juga ada restorannya lengkap dengan menu tradisional dan barat. Kebetulan malam itu kami makan malam di area wisata Nabana no Sato ini di restoran Hisui. Menu yang disajikan secara tradisional dengan ragam makanan lezatnya.
Karena waktu yang singkat, sebenarnya saya kurang puas menikmati Nabana no Sato ini, butuh waktu yang cukup lama untuk bisa menikmati setiap sisi area ini, karena semuanya begitu indah keren. Karena waktu sudah malam, dan kami semua harus beristirahat maka kami melanjutkan perjalanan menuju hotel yang sudah dipesan yaitu Yokkaichi Miyako Hotel.
***
Hari ke-3: Wisata Prefektur Gifu
Hari ketiga ini kami akan melanjutkan perjalanan wisata ke kota Gifu Prefektur Gifu. Kota Gifu adalah sebuah kota bersejarah yang indah yang terletak di Prefektur Gifu di jantung Jepang. Gifu penuh dengan sejarah dan budaya yang unik dan diberkati dengan dikelilingi oleh keindahan alam dan lanskap yang menakjubkan. Jepang punya banyak sekali destinasi wisata menarik di Prefektur Gifu ini.
Kota ini dikenal di Jepang sebagai tempat bersejarah sebagian karena Ukai (memancing dengan burung kormoran) yang terkenal yang bertempat di sungai Nagara yang murni hingga saat ini selama lebih dari 1.300 tahun. Kota Gifu ini juga rumah bagi panglima perang Oda Nobunaga, samurai terkenal pada abad ke-16, yang membuat Kastil Gifu sebagai markasnya pada misinya untuk menyatukan Jepang selama periode Sengoku.
Kota Gifu mudah diakses dari kota-kota besar di Jepang seperti Tokyo, Osaka dan Nagoya, dan merupakan tujuan wisata yang wajib dikunjungi di bagian tengah Jepang. Berikut ini adalah daftar beberapa dari banyaknya pemandangan dan daya tarik di Gifu City yang saya kunjungi:
Yoro Koen Park (Air Terjun Yoro)
Setelah sarapan di hotel kami lanjut menuju ke Yoro Park. Terletak sekitar satu jam dari kota Nagoya, Air Terjun Yoro terletak di kota Yoro di Prefektur Gifu. Air Terjun Yoro terpilih sebagai salah satu dari Top 100 Air terjun dan salah satu dari 100 Situs Air Terbaik musim semi di Jepang.
Air terjun ini terletak di Yoro Park yang merupakan salah satu tempat terbaik di Jepang untuk melihat daun musim gugur yang indah. Taman dan daerah sekitarnya memiliki koleksi pohon maple Jepang yang mengubah daerah ini dipenuhi warna-warni spektakuler dari kuning, oranye, dan merah selama musim gugur berlangsung.
Dari tempat parkir mobil utama di Yoro Park kamu dapat mencapai air terjun setelah berjalan 1,5 km melalui pohon-pohon maple Jepang yang menakjubkan. Pemandangan indah dari air terjun dan warna-warni musim gugur adalah tempat yang sempurna untuk diabadikan dalam foto.
Selain itu, air terjun ini terkenal memiliki kualitas air yang baik sehingga kamu akan terbiasa melihat wisatawan lain membawa botol air. Air dari air terjun ini dikatakan dapat menghaluskan kulit dan juga menyembuhkan penyakit.
Legenda setempat mengatakan bahwa air ini dapat mengembalikan rambut rontok dan memulihkan penglihatan yang rusak. Di dekat taman juga terdapat Yoro Hot Spring dimana wisatawan dapat berendam santai dan mendapat pijatan. Jika kamu ingin mencari tempat yang unik menikmati keindahan musim gugur Jepang, pastikan kamu untuk mengunjungi Air Terjun Yoro.
Makan Siang di Stamina Taro
Karena waktu hampir siang maka perjalanan dilanjutkan untuk makan siang di restoran all u can eat di Stamina Taro. Kalau di Indonesia lebih mirip dengan Hanamasa, karena di sini menyajikan aneka makanan utama, minuman, desert dan buah-buahan segar yang bisa kamu makan sepuasnya. Jika makan di sini harus teliti bagi yang Muslim, karena di sini disajikan daging babi, namun ada juga ada daging sapi, ikan dan ayam.
***
Sanshu Knife Market
Usai makan siang lanjut kami menuju sebuah tempat pembuatan pisau dan samurai tertajam di Jepang yaitu Sanshu Knife Market di Seki City. Kota Seki ini berada tepat di tengah-tengah prefektur Gifu yang mempunyai sejarah sejak 700 tahun lalu sebagai kota yang menghasilkan berbagai alat pemotong.
Di wilayah Seki sendiri ada sekitar 300 pengrajin pisau dan samurai namun hingga kini hanya tinggal 18 pengrajin. Saya berkesempatan berbincang-bindang dengan pemilik dari Sanshu Knife Market di Seki City ini yang bernama Yoshida Kazuhiro. Yoshida adalah generasi ketiga di Seki yang sudah membuat pisau dan samurai selama 80 tahun.
Ciri khas dari pisau milik Sanshu Seki ini adalah ketajaman dan daya tahannya yang terbaik di Jepang. Karena diproses dengan cukup rumit hanya bagi yang mempunyai keahlian khusus yang dapat membuat pisau dan samurai tersebut.
Mino City
Setelah melihat toko pisau dan samurai, kami melanjutkan perjalanan Kota Mino yaitu kota washi (kertas khas Jepang) dan perumahan tua beratapkan udatsu (atap yang awalnya dibuat untuk pencegah meluasnya kebakaran yang berubah menjadi simbol kekayaan/kemakmuran sebuah keluarga), dan ketiga Kota Gujo sebagai kota kastil tua yang kaya akan keindahan alamnya
.
Di Mino City kami belajar membuat boneka dari kertas (washi), melihat keramik genteng rumah penduduk (Udatsu no agarumachi) dan mengunjungi Papercrafts Museum. Sebelumnya kami diharuskan memakai baju kimono sebelum menuju museum kertas. Di sana kami dapat menikmati dan merasakan budaya serta sejarah yang diwariskan sejak lama kota tersebut.
Hotel Gujo Hachiman
Usai merasakan keindahan kota Mino dan belajar membuat boneka kertas, karena hari sudah merambat sore, maka kami melanjutkan perjalanan untuk beristirahat di hotel sekaligus makan malam.
Di Jepang karena memasuki musim winter, jadi waktu begitu pendek. Bayangkan saja waktu masih menunjukkan pukul 5 sore tapi keadaan di luar seakan sudah menunjukkan jam 8 malam, sementara jika waktu menunjukkan jam 7 pagi seakan waktu masih jam 5 pagi dan gelap. (bersambung)