Bush, Clinton, Obama Akui Yerusalem Tapi Trump yang Dikecam
- REUTERS/Parwiz
VIVA – Rencana Amerika Serikat untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel sejatinya telah digagas sejak lama. Sejumlah pendahulu Trump bahkan menempatkan hal itu sebagai sebuah janji politik ketika masa kampanye mereka masing-masing.
Namun demikian, janji politik itu tak pernah terealisasi. Sampai akhirnya di periode Donald Trump yang memenangi Pilpres AS pada tahun 2016.
Pemimpin berusia 71 tahun ini pun membuktikan janji AS itu dengan resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Trump pun memastikan akan memindahkan kedutaan besar mereka dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Seperti dikutip dari akun Twitter resmi milik Trump, presiden yang disokong Partai Republik ini pun mengunggah 'keberaniannya' mewujudkan janji politik itu.
"I fulfilled my campaign promise-others didn’t! (Saya memenuhi janji kampanye-yang lain tidak)" tulis Trump sembari menampilkan potongan video tiga Presiden Amerika sebelumnya, George W. Bush, Bill Clinton dan Barrack Obama.
Dalam video berdurasi 01.26 detik itu, memang terlihat sejumlah pernyataan dari Bush, Clinton dan Obama perihal Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
FOTO: Aksi protes publik terhadap Presiden Donald Trump di Kedutaan Besar AS di London/REUTERS/Simon Dawson
Kedutaan Besar AS sejak 1948 berada di Tel Aviv seiring dengan putusan Perserikatan Bangsa Bangsa yang mengakui Israel dalam konteks resolusi PBB. Karena itu juga, tak ada satu negara pun yang menempatkan kedubes mereka di Yerusalem.
Namun, masalah menjadi pelik ketika Israel menganeksasi Yerusalem pada tahun 1967 dengan menduduki Yerusalem di bagian Timur dan Kota Tua. Negara ini pun langsung mengklaim Yerusalem sebagai ibu kota negaranya.
Di negeri Paman Syam, gejolak Israel itu pun telah mendapat ruang. Hubungan intim kedua negara ini yang telah terbangun sejak lama, menjadi bahan kampanye calon presiden untuk menarik simpati.
FOTO: Barrack Obama
Namun demikian, baik Bush, Clinton, sampai Obama tak ada yang berani mewujudkan janji kampanye yang selalu mereka dengungkan ketika masa kampanye.
Tekanan politik dan gejolak di lapangan memaksa para presiden dan publik AS akhirnya hanya menelan ludah. Hingga sampai di era kini, Trump pun mewujudkan janji kampanyenya, yang juga seragam soal Yerusalem.
"Saya telah menentukan bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Jika presiden sebelumnya hanya membuat janji besar kampanye dan gagal menepati, hari ini saya menepatinya," ujar Trump.
Lalu mengapa hanya Trump yang menuai badai protes? (ren)