Bank untuk Pekerja Seks di India, Cara Selamatkan Harga Diri
- REUTERS/Jayanta Dey
VIVA – Kekejian dan ketidakadilan yang kerap diterima pekerja seks di India membuat mereka memutuskan memberdayakan diri sendiri. Menyadari ekonomi menjadi faktor yang bisa melemahkan, mereka berkumpul dan mengumpulkan dana untuk memberdayakan diri sendiri.
Roy, 36 tahun, seorang pekerja seks di Kolkata mengatakan keberadaan bank khusus tersebut sangat membantunya. Ia menceritakan pengalamannya belasan tahun yang lalu, ketika ia membutuhkan uang untuk membantu pengobatan ayahnya. Ia terdesak hingga meminjam pada seorang rentenir sebesar 2.000 rupee. Dalam setahun pinjaman dan bunganya melonjak menjadi 13.000 rupee.
"Saat saya tak mampu membayarnya, rentenir itu menempatkan dua pria diluar rumah bordil. Mereka akan menyiksa saya setiap waktu saat saya akan keluar untuk membeli sesuatu," ujarnya seperti dikutip dari The Guardian, 6 Desember 2017. Tapi kini Roy menjadi tenang. Ia sudah memiliki tabungan di sebuah bank yang dibentuk oleh pekerja seks di Kolkata.
Berangkat dari keprihatinan dan keinginan bebas dari hutang, sejumlah pekerja seks di India membentuk sebuah lembaga simpan pinjam, Usha Multipurpose Cooperative Society pada tahun 1995. Lembaga ini dibentuk dan dijalankan oleh para pekerja seks. Awalnya hanya 13 perempuan yang mengumpulkan uang yang mereka miliki untuk menjadi modal awal. Jumlahnya sekitar 30.000 rupee.
Kini, lembaga tersebut telah bertransformasi menjadi bank dan memiliki perputaran dana hingga 300 juta rupee per tahun, dengan jumlah anggota mencapai 31.000 orang, dan semuanya adalah pekerja seks yang berada di seluruh Bengali Barat.
Lepas dari Rentenir
Para pekerja seks ini mendapatkan dukungan dari orang terdekat mereka. Ada pemilik rumah bordil, mucikari, pacar, hingga keluarga terdekat yang ingin membantu mereka agar terbebas dari jeratan rentenir dan bisa menikmati penghasilan mereka.
Usha Bank menjadi tempat yang aman bagi mereka untuk menyimpan uang. Bunga yang ditawarkan memacu mereka untuk menabung, dan kesempatan untuk mengajukan pinjaman membebaskan mereka dari jeratan rentenir yang sering kali membebankan bunga hingga 300 persen.
Keberadaan bank tersebut juga membuat Roy merasa bangga dan berarti. Ia merasa menjadi bagian dari sebuah keluarga, merasa setara dengan warga India lainnya, dan kekuatan untuk mengambil keputusan sendiri.
Hal yang lebih penting lagi, dengan menjadi anggota bank ini memungkinkannya untuk mendapatkan kartu identitas resmi, karena keanggotaan mewajibkan untuk menyebutkan nama dan alamat dengan jelas. Dan itu adalah sebuah prasyarat untuk menyewa penginapan, menerima tunjangan kesejahteraan, dan mendaftar untuk mengikuti pemilu.
Roy yang saat ini menjadi asisten sekretaris di Usha bank menjalani pekerjaannya dengan sepenuh hati di lembaga tersebut, yang didirikan di bawah naungan Komite Durbar Mahila Samanwaya, sebuah LSM yang mendukung pekerja seks.
Smarajit Jana, seorang penasihat eksekutif di bank tersebut mengakui banyak sekali kisah yang bisa didapatkan dari keberadaan Usha Bank, yang telah mengubah hidup banyak perempuan pekerja seks yang menjadi anggota mereka.
"Mereka mampu membeli tanah dan membangun rumah, menyekolahkan anak-anaknya, mengirimkan uang untuk membantu orangtuanya, bahkan membuka bisnis kecil-kecilan," ujarnya. "Bank ini telah memberikan mereka rasa aman yang selama ini tak pernah mereka ketahui atau mereka dapatkan," ujarnya menambahkan. (ren)