Ketemu Jokowi, Ibu Negara Afghanistan Mau Belajar dari RI
- Agus Rahmat/VIVA.co.id
VIVA – Ibu Negara Afghanistan, Rula Ghani, bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor, Selasa 5 Desember 2017. Pertemuan singkat itu berlangsung akrab.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengungkapkan kunjungan kehormatan Rula, yang merupakan istri Presiden Afghanistan Ashraf Ghani itu, berlangsung selama dua hari.
Selama di Indonesia, Rula juga membuka simposium internasional mengenai pembelaan terhadap perempuan. Selanjutnya, lanjut Menlu Retno, dia juga melakukan pertemuan dengan beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) perempuan yang ada di Indonesia.
"Salah satu statement beliau kepada Bapak Presiden adalah di Indonesia kelompok-kelompok organisasi perempuan ini banyak sekali berkontribusi untuk membantu perempuan. Jadi dari perempuannya untuk perempuan," jelas Retno di Istana Bogor, Selasa 5 Desember 2017.
Kunjungan selama dua hari di Indonesia dianggap Rula masih kurang lama. Maka, lanjut Retno, Ibu Negara Afghanistan itu berencana akan kembali ke Indonesia lagi. Apalagi Indonesia telah membuka diri terhadap Afghanistan untuk belajar mengenai kebhinekaan.
"Beliau ingin kembali ke Indonesia lagi untuk memperdalam beberapa hal yang sifatnya lebih teknis, misalnya ingin melihat bagaimana pemberdayaan perempuan kita jalankan pada level desa," jelas Retno.
Secara umum, Indonesia sudah banyak membantu Afghanistan. Seperti membangun Islamic Center yang ada di negara tersebut. Beberapa pekan lalu, Majelis Tinggi Perdamaian Afghanistan juga berkunjung ke Indonesia dan belajar mengenai kemajemukan.
Presiden Jokowi sudah menegaskan akan turut aktif membantu rekonsiliasi Afghanistan yang puluhan tahun terlibat konflik dalam negeri hingga saat ini.
Maka, pertukaran ulama dimana ulama-ulama Afghanistan juga akan belajar dari ulama-ulama yang ada di Indonesia. Tujuannya, untuk menyatukan kembali negara yang sudah terpecah ke dalam beberapa kelompok itu.
"Presiden sangat menyambut baik dan mengundang ibu negara Afghanistan untuk datang kembali bila masih ada hal-hal yang diperlukan, karena kunjungan beliau sekali lagi hanya dua hari sehingga belum bisa sampai melihat yang lebih detail bagaimana economic empowerment, bagaimana pesantren kita, beliau sangat tertarik untuk melihat pesantren di Indonesia," jelas Retno. (ren)