Di Myanmar, Paus Fransiskus Nasihati Pemimpin Militer
- REUTERS/Alessandro Bianchi
VIVA – Dalam kunjungannya ke Myanmar, pemimpin Gereja Katolik Roma Paus Fransiskus bertemu dengan Panglima Militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing. Pertemuan itu sebagaimana dilansir BBC, berlangsung beberapa jam.
Disebutkan bahwa kedatangan Paus Fransiskus ke Myanmar diharapkan kalangan pegiat HAM dan negara-negara yang tidak sreg dengan krisis Rohingya akan bisa didengarkan oleh pemerintah dan militer setempat. Namun, Jenderal Min Aung Hlaing kepada Paus Fransiskus mengatakan, tidak ada diskriminasi agama di negaranya yang dilakukan melalui tindakan militer.
Padahal diketahui sudah 600 ribu lebih pengungsi Rohingya melarikan diri ke Bangladesh akibat adanya kekerasan yang dialami di Rakhine. PBB juga mengatakan ada indikasi pembantaian etnis dalam krisis ini.
Selain bertemu dengan pejabat militer Myanmar, Paus Fransiskus dijadwalkan akan bertemu dengan pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi.
Sebelumnya, saat Paus Fransiskus tiba, Kardinal Gereja Katolik di negara itu meminta Paus agar tak menggunakan istilah Rohingya yang selama ini dihindari oleh otoritas negara itu yang memilih menggunakan kata Bengali. Namun tampaknya, menggunakan atau tidak istilah itu, Paus Fransiskus tetap membahas krisis kemanusiaan ini dengan pemimpin di Myanmar.
Paus Fransiskus yang sudah berusia 80 tahun itu selama ini dikenal dengan pandangan moderat dan kepeduliannya atas keadilan sosial secara global.
Juru Bicara Vatikan, Greg Burke, mengatakan kepada media bahwa memang benar Paus Fransiskus diminta tak menggunakan kata Rohingya. Namun Paus Fransiskus, menurut dia, akan bisa mengomunikasikan dan memberi nasihat soal Rohingya itu dengan baik.
"Yang menjadi persoalannya kan bukan sekadar kata terlarang ini," kata Burke.
Setelah dari Myanmar, Paus Fransiskus direncanakan bakal mengunjungi Bangladesh untuk bertemu dengan warga Rohingya yang mengungsi di sana. (ase)