Mengungkap Dalang Serangan Brutal Masjid di Mesir
- REUTERS
VIVA – Sebuah masjid di Kota Bir-al Abed, di Sinai Utara, El Arish diserang kelompok bersenjata. Padahal, masjid itu baru saja menggelar ibadah salat Jumat. Akibat serangan berupa bom dan serbuan tembakan itu, 235 orang tewas, dan 120 orang lainnya mengalami luka-luka.
Sejauh ini tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab. Tapi afiliasi lokal ISIL, yang juga dikenal dengan ISIS, telah mengklaim serangan sebelumnya.
Timothy Kaldas, seorang profesor di Universitas Nil di Kairo, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa serangan tersebut sesuai dengan pola serangan ISIS.
"Berpotensi (ISIS), ini adalah serangan lain terhadap para sufi di Sinai utara. Berpotensi, ini adalah pembalasan terhadap suku yang bekerja sama dengan negara dalam tindakan keras terhadap ISIS," katanya, seperti dikutip media tersebut, Sabtu, 25 November 2017.
Rentetan Panjang
Semenanjung Sinai belakangan telah menjadi lokasi serangan. Kondisi ini telah terjadi selama bertahun-tahun, mengingat Mesir memang telah mendengungkan kampanye anti-pemerintah bersenjata di wilayah Sinai.
Konflik tersebut dianggap merupakan bagian dari rentetan kasus yang terjadi pada 2013 silam, setelah militer Mesir menggulingkan Mohamed Morsi, presiden Mesir pertama yang dipilih secara demokratis.
Penggulingan Morsi membuat pasukan di Semenanjung Sinai marah dan mulai menyerang pasukan keamanan Mesir. Selama bertahun-tahun pula, sebagian besar serangan ditargetkan pada tentara dan polisi, namun tak sedikit warga sipil juga ikut terbunuh. Ratusan orang sejauh ini sudah tewas dalam konflik itu.
Balas Dendam
Tak lama setelah serangan yang terjadi Jumat kemarin, 24 November 2017, Presiden Mesir Al Sisi mengutuk serangan tersebut. Dia menyampaikan belasungkawa kepada korban dan keluarga serta mengatakan bahwa serangan ini tidak akan luput dari balas dendamnya.
Pemerintah sendiri mengumumkan tiga hari berkabung nasional untuk para korban. "Angkatan bersenjata dan polisi akan membalaskan dendam para martir kami dan mengembalikan keamanan dan stabilitas dengan kekuatan maksimal," kata Sisi.
Setelah Sisi melakukan pidato, pesawat tempur Mesir langsung bergerak menargetkan beberapa rudal ke daerah-daerah yang diduga sebagai tempat basis dari para militan.
Timothy Kaldas menambahkan, banyak orang yang sebenarnya mengkritik langkah Sisi melakukan "strategi bumi hangus" di Sinai. Namun meski demikian, diakui Kaldas jika daerah tersebut memang merupakan medan yang sangat menantang.
"Ini adalah daerah padang pasir pegunungan yang tidak begitu berkembang. Bahkan dengan strategi terbaik, ini adalah tempat yang sulit untuk dikendalikan," katanya.