Penderitaan Warga Marawi Terjepit di Antara Militer-Militan
- REUTERS/Romeo Ranoco
VIVA – Organisasi hak asasi manusia Amnesty International mengungkapkan bahwa tentara Filipina telah menahan dan menyiksa warga sipil yang berusaha melarikan diri dari Kota Marawi yang sempat terkepung oleh pertempuran militer dengan kelompok militan Islam suku Maute.
Dalam analisis tersebut, Amnesty juga mendokumentasikan bagaimana militan yang bersekutu dengan ISIS menargetkan warga sipil Kristen untuk disiksa termasuk setidaknya 25 kasus pembunuhan di luar hukum, penyanderaan massal dan penjarahan properti sipil.
Laporan itu juga menyoroti penghancuran lingkungan dan kematian warga sipil karena pengeboman besar-besaran oleh angkatan bersenjata Filipina. Amnesty International juga menuduh militer telah menahan dan memperlakukan warga sipil secara kasar.
"Penduduk sipil Marawi sangat menderita di tengah salah satu operasi militer paling intensif di Filipina dalam beberapa dasawarsa," kata Tirana Hassan, Direktur Penanggulangan Krisis di Amnesty International, sebagaimana diberitakan Asian Correspondent, Senin, 20 November 2017.
Konflik di Marawi, satu-satunya kota yang didominasi muslim di Filipina yang berpenduduk mayoritas Katolik merupakan pertempuran terbesar dan terpanjang di Filipina sejak Perang Dunia II. Lebih dari 1.100 orang yang sebagian besar gerilyawan dilaporkan telah tewas termasuk juga 166 tentara dan 47 warga sipil.