Muslim dan Pemeluk Buddha di Sri Lanka Bentrok
- Pixabay
VIVA – Pemerintah Sri Lanka menempatkan pasukan polisi anti-huru hara dan militer di sebelah selatan Sri Lanka. Pecahnya kerusuhan berbau sentimen agama di wilayah tersebut dikhawatirkan meluas.
Diberitakan oleh Reuters, 19 November 2017, kerusuhan terjadi di Provinsi Galle, akibat kecelakaan lalu lintas. Polisi telah menangkap 19 orang yang diduga menjadi provokator kerusuhan tersebut.
Mereka merusak sejumlah rumah dan toko, beberapa diantaranya mengalami kerusakan berat. Pihak berwenang mengatakan saat ini kondisi sudah berhasil diatasi.
"Sejumlah batalion polisi didatangkan, polisi Anti-Kerusuhan, dan polisi Satuan Tugas Khusus, juga militer telah dikirimkan sejak semalam dan situasi telah berhasil diatasi," ujar Menteri Hukum dan Ketertiban Sagala Ratnayaka dalam pernyataannya seperti dikutip dari BBC, 19 November 2017.
Menteri juga meminta kepada warga Sri Lanka agar tak memperparah situasi dengan mengobarkan kebencian sektarian melalui media sosial. Kepada BBC, Perdana Menteri Sri Lanka Manusha Nanyakkara mengatakan, sekitar 10 kendaraan dirusak, sekitar 62 rumah dan toko juga dirusak. Mayoritasnya adalah milik Muslim.
Ia mengatakan, patroli akan diberlakukan sepanjang malam untuk mencegah agar tak ada kerusuhan. Kekerasan yang terjadi antara pemeluk mayoritas Buddha Sinhalese dengan minoritas Muslim dimulai setelah terjadinya kecelakaan lalu lintas yang melibatkan seorang perempuan Muslim dan pengendara motor, seorang pria Buddha.
Juru bicara kepolisian mengatakan, sejumlah orang ditangkap setelah mereka menyebarkan berita palsu dan fitnah di media sosial. Sebaran berita itu ditengarai meningkatkan terjadinya kekerasan.
Kerusuhan yang sama juga terjadi sekitar tiga tahun lalu di lokasi yang tak jauh dari kerusuhan sekarang. Kasus itu membuat ribuan Muslim meninggalkan rumah mereka.