Cuaca Dingin Perparah Kondisi Korban Gempa Iran
- Reuters
VIVA – Kondisi korban gempa di Iran semakin mengkhawatirkan. Puluhan ribu orang yang selamat kehilangan tempat berteduh di tengah cuaca yang sangat dingin.
Diberitakan oleh BBC, 14 November 2017, sekitar 5.040 orang tewas dan hampir 8.000 terluka akibat gempa berkekuatan 7,3 skala richter yang melanda dekat perbatasan Iran-Irak pada hari Minggu, 12 November 2017.
Kermanshah menjadi provinsi yang paling parah terkena bencana, di mana ratusan rumah hancur. Presiden Hassan Rouhani, yang mengunjungi kawasan tersebut mengatakan, bahwa rumah-rumah yang dibangun negara mengalami lebih banyak kerusakan. Ia menegaskan akan meminta pertanggungjawaban kepada mereka yang berwenang.
Saat ini suhu pada malam hari di provinsi Kermanshah jatuh hingga ke titik beku selama dua malam berturut-turut. Salah seorang korban, Ali Gulani mengatakan, saat ini sebagian besar mereka yang bertahan memilih untuk membakar peti mati atau kayu-kayu agar tetap berada dalam kondisi hangat.
"Kita tinggal di tenda dan kita tidak punya cukup makanan atau air," katanya.
"Anda bisa mendengar anak-anak menangis, udara terlalu dingin, mereka berpegangan pada orangtua mereka untuk menghangatkan diri, dan itu sangat buruk."
Gulani mengatakan, hingga saat ini masih terjadi gempa susulan yang kuat dan bisa dirasakan terjadi hingga tiga kali dalam satu jam. Situasi itu menimbulkan kepanikan.
Menurut BBC, sejak terjadi gempa pada Minggu malam, sudah terjadi hampir 200 gempa susulan di wilayah tersebut. Berdasarkan catatan US Geological Survey (USGS), gempa itu adalah salah satu yang terkuat di bumi tahun ini, sekaligus paling mematikan. (mus)