Sulit Merdeka, Palestina Ibarat Keju 'Padat Tapi Bolong'
- REUTERS/Ammar Awad
VIVA – Tahun 2017 ditandai peringatan 50 tahun pendudukan Israel terhadap wilayah Palestina seperti di Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Jalur Gaza. Dalam kurun waktu tersebut, banyak tanah milik warga Palestina dirampas dan pergerakan warganya dibatasi.
Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri RI, Desra Percaya mengatakan, ada enam isu besar yang membuat Palestina hingga kini belum merdeka. Di antaranya terkait Yerusalem, masalah perbatasan, pemukiman, air, keamanan dan pengungsi.
"Masalah pemukiman misalnya Palestina itu diibaratkan seperti keju Swiss. Kelihatannya solid tapi bolong-bolong seperti itulah Jewish settlement. Yerusalam timur itu sudah diisi oleh orang-orang Yahudi yang mendapat dukungan penuh dari pemerintah Israel," kata Desra di Jakarta, Rabu, 1 November 2017.
Selain itu Desra menjelaskan, masih ada beberapa faktor yang membuat kemerdekaan itu sulit dicapai. Salah satunya seperti kendala domestik di pemerintahan Israel. Menurut dia, selama Benyamin Netanyahu dengan sistem ultra kanan masih menjabat sebagai perdana menteri Israel, maka proses perdamaian akan sulit diraih.
"Faktor lainnya yakni isu rivalitas regional di kawasan Timur Tengah itu sendiri seperti Libya, Yaman, Irak, Suriah. Sementara di sisi kendala tataran dunia, di bawah pemerintahan Trump sepertinya akan sangat sulit," ujarnya menambahkan.
Menurut dia, isu Palestina merupakan suatu yang sangat kompleks dan multidimensional baik dari segi aktor yang berperan maupun kepentingan yang diperjuangkan. Dukungan terhadap kedaulatan Palestina karena itu perlu diwujudkan melalui level pemerintah maupun akar rumput.
"Di level pemerintah, Indonesia konsisten menyuarakan kedaulatan Palestina dan oposisinya terhadap pendudukan Israel di forum internasional. Di level akar rumput, Indonesia memfasilitasi bantuan masyarakat atas perjuangan rakyat Palestina dan dialog antara pihak yang bertikai," kata mantan Duta Besar RI untuk PBB tersebut.
Ia mengatakan, diperlukan situasi politik domestik yang kondusif baik di Palestina, Israel maupun AS untuk bisa mewujudkan penyelesaian konflik Palestina-Israel secara komprehensif. (mus)