Pembunuhan Sadis Remaja 17 Tahun Picu Protes Massal Filipina
- REUTERS/Erik De Castro
VIVA.co.id – Pembunuhan terhadap seorang siswa berusia 17 tahun di Filipina yang diduga terlibat narkoba memicu protes secara luas.
Protes ini membuat banyak pihak mendesak pemerintah untuk mengevaluasi kembali perang besar Presiden Rodrigo Duterte terhadap narkoba yang telah menewaskan lebih dari 5.000 orang.
Kian Delos Santos diketahui diseret dari rumahnya di Caloocan yang terletak di pinggir kota Manila. Dia dibunuh oleh polisi dengan alasan pemberantasan narkoba.
Seorang saksi mata mengatakan sebelum dieksekusi mati, ia sempat memohon kepada petugas sebelum akhirnya tewas pada 16 Agustus 2017 lalu. "Tolong hentikan. Saya akan ujian besok," kata Santos seperti diberitakan The Guardian.
Hasil autopsi menunjukkan bahwa remaja itu ditembak sebanyak dua kali yaitu di bagian kepala dan di bagian punggung. Pembunuhan tersebut lalu memicu protes massa dan membuat beberapa instansi pemerintah untuk melakukan penyelidikan.
Presiden Rodrigo Duterte yang menggalakkan perang terhadap narkoba mengatakan memang diduga ada sesuatu yang salah dalam operasi polisi tersebut. Setelah melihat rekaman CCTV, terlihat dua orang menyeret siswa tak berdaya itu sepanjang jalan tanpa bukti jelas.
"Saya melihat rekaman di TV dan setuju bahwa harus ada penyelidikan. Jika investigasi mengacu ke satu, dua, atau semua, akan ada penuntutan, dan mereka harus dipenjara jika terbukti bersalah," kata Duterte.
Sejak mantan Wali Kota Davao itu menjadi Presiden Filipina, angka kematian akibat operasi pemberantasan oleh polisi dicatat sangat besar.
Lebih dari 2.000 orang dibunuh dalam kejahatan terkait narkoba, sementara ribuan lainnya juga dibunuh dalam keadaan yang tidak dapat dijelaskan. (ase)