Merah Putih Berkibar di Gua Hira
- VIVA.co.id/M. Eko Prilliawito
VIVA.co.id – Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72 juga dilaksanakan sejumlah jemaah haji Indonesia di atas Jabal Nur, Gua Hira, Mekah, Arab Saudi.
Pengibaran bendera dilaksanakan jemaah haji asal Kabupaten Batang, Jawa Tengah, yang tergabung dalam kloter SOC 09. Rombongan pendaki dipimpin oleh KH Anizar Masyhadi, salah seorang Pimpinan Pondok Modern Tazakka Batang.
Rombongan mengawali acara pengibaran bendera dengan salat subuh di masjid di sekitar Jabal Nur. Jemaah kemudian melakukan doa bersama.
"Alhamdulillah, syukur luar biasa dapat mengibarkan Merah Putih di atas Jabal Nur, di tempat yang menjadi tonggak kerasulan Nabi Muhammad SAW. Semoga Merah Putih tetap jaya mempersatukan Indonesia sebagaimana jayanya Islam yang berawal dari Gua Hira ini," kata Kiai Anizar.
Ia menjelaskan bahwa Gua Hira adalah sejarah pertama peradaban Islam, di mana Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama. Pendakian ini dimaksudkan untuk refleksi dan napak tilas bagaimana perjuangan Rasulullah SAW dalam mengemban misi Islam.
Kesempatan Pendakian ke Gua Hira ini dimanfaatkan oleh jemaah Kabupaten Batang untuk mengibarkan Bendera Merah Putih, tepat pada detik-detik proklamasi waktu Arab Saudi.
"Tanggalnya cantik 17817 menjadi momentum spesial jemaah haji asal Batang," lanjut Kiai Anizar.
Jemaah yang tergabung dalam rombongan 3 dan 4 merupakan jamaah haji KBIH Muzdalifah binaan Pondok Pesantren Tazakka yang menjadi satu-satunya jamaah asal Indonesia yang mengibarkan bendera Merah Putih di atas ketinggian Jabal Nur, Arab Saudi.
Pancasilais
Dari puncak Jabal Nur, Gus Nizar menjelaskan makna kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Menurutnya, Pancasila yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa semua silanya merupakan cerminan ajaran-ajaran prinsip dalam Islam.
Menurutnya, sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah manifestasi dari ajaran tauhid, disusul kemudian kemanusiaan, persatuan, musyawarah dan keadilan.
"Itu semua ajaran-ajaran paling prinsip dalam Islam, maka mestinya setiap orang Islam di negeri kita adalah seorang Pancasilais, karena tidak mungkin umat Islam mengingkari ajaran tauhid, penghormatan pada manusia, perintah untuk bersatu, musyawarah dan menegakkan keadilan," ujar alumnus Pondok Gontor itu.
Maka, lanjutnya, setiap upaya yang ingin menjauhkan bangsa ini dari umat Islam adalah tindakan menyimpang dan ahistoris. Sebab, pada Pembukaan UUD 1945, agama memperoleh tempat yang kokoh.
Di akhir pandangannya di atas Jabal Nur, Gus Nizar kembali menegaskan bahwa Indonesia tidak mungkin dibangun dan diisi oleh ideologi sekuler, liberal, komunisme, dan paham lain yang bertentangan dengan agama dan Pancasila.
Menurutnya, pandangan ini harus menjadi dasar berpikir dan bertindak semua anak bangsa agar NKRI tetap memiliki jiwa, alam pikiran, dan pola tindak tanduk yang mendasar dan benar.
"Saya bersyukur bisa ikut mengibarkan Merah Putih di atas Jabal Nur ini, dan pandangan-pandangan, serta  tausiyah singkat kebangsaan yang bagus dari Kiai Nizar," ujar Widoyuli, salah seorang jemaah yang ikut dalam rombongan. (one)