Upacara Pemakaman Diramaikan dengan Tarian Meriah, Kok Bisa?
- All Christian News
VIVA.co.id – Lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Pepatah itu benar adanya. Jika biasanya upacara pemakaman orang tercinta berlangsung murung, sedih, dan sendu, di Ghana situasi itu tidak terjadi. Upacara pemakaman di Ghana berlangsung bahagia dan meriah, lengkap dengan tarian.
Sebuah rekaman upacara pemakaman di Ghana yang dilansir situs All Christian News menunjukkan bagaimana meriah dan bahagianya situasi menjelang pemakaman di Ghana. Enam orang pengusung jenazah, memakai jas lengkap dengan topi bermodel baret, kaca mata hitam dan sepatu pantofel mengkilat, mengusung jenazah dengan khidmat. Hanya sesaaat, karena setelah itu mereka langsung beraksi.
Satu peti jenazah diusung empat hingga enam orang. Sambil membawa peti, para pengusung ini lalu menari mengikuti irama lagu dari kelompok pengiring. Mereka melakukan tarian dengan musik berirama cepat, dengan gerakan yang lincah dan atraktif layaknya penari latar di atas panggung.
Benjamin Aidoo, salah seorang penyedia jasa pengusung jenazah yang akrobatik dan progresif ini mengaku ingin memberikan yang terbaik bagi kliennya. "Jadi ketika mereka datang kepada saya dan minta disiapkan sebuah upacara pemakaman, maka saya akan bertanya "apa yang mereka ingin," ujarnya, seperti dikutip dari BBC, 26 Juli 2017.
Aidoo menyatakan, kliennya bebas memilih dan menentukan seperti apa upacara pemakaman yang mereka inginkan. Sebisa mungkin ia akan mewujudkan keinginan kliennya. Aidoo bahkan melengkapi timnya dengan pakaian yang lengkap, sesuai tema yang diminta. Tak jarang, timnya tampil menggunakan jas, sepatu pantofel, topi, celana pantalon dan kaca mata hitam.
Bagi Aidoo, menjalankan usaha ini bukan saja memberikan kebahagiaan pada keluarga yang kehilangan, namun juga memberikan hiburan bagi tamu-tamu yang datang untuk menghadiri upacara pemakaman. Selain itu, ia juga berhasil menampung banyak tenaga kerja produktif, laki-laki dan perempuan.
Bagi masyarakat Ghana, saat ada yang meninggal dunia, itu adalah kesempatan untuk merayakan kehidupan yang telah ia jalani. Dengan merayakan penuh kemeriahan ada makna sendiri yang mereka sampaikan. "Itu berarti orang itu sangat ramah, sangat bermurah hati, baik bersosialisasi, sedang berkomunikasi dengan masyarakat di masyarakat," kata Jamima, seorang penduduk Kumasi, yang hadir pada pemakaman Joanna Boafo.
Sementara Kwaku, penyedia jasa layanan sejenis, menganggap prosesi ini sebagai acara besar di masyarakat dan bisa sangat mahal jika keluarga tersebut ingin membebaskan orang yang mereka cintai dengan cara yang dapat diterima.
"Pemakaman rata-rata harus berharga antara Rp17 hingga 40 juta ," kata Kwaku, seperti dikutip dari All Christian News. Ia mengaku melayani setidaknya 30 pemakaman dalam satu hari saja.
Pemakaman dianggap sebagai salah satu titik fokus aktivitas sosial di Ghana. Banyak detail yang dimasukkan ke masing-masing. Peti mati dirancang khusus untuk mewakili kehidupan almarhum. Termasuk apa minuman kegemarannya. Seorang pengrajin mengaku pernah membuat peti mati dalam bentuk botol Coca Cola untuk seorang individu.
Merasa Terganggu
Tapi sebagian warga Ghana mulai merasa terganggu dengan perayaan kematian ini. "Kami berinvestasi pada orang mati dan bukan yang hidup, dan itu buruk," kata legislator Alban Bagbin.
"Cara paling pasti untuk mengingat orang mati bukanlah jenis peti mati yang digunakan untuk menguburnya dan juga bukan jenis kain atau kaos yang digunakan saat pemakaman mereka, namun melakukan sesuatu yang positif bagi orang mati yang akan menguntungkan kehidupan," ujar Uskup Agung Charles Kata Gabriel Palmer-Buckle.
Namun warga Ghana merasa tak ada yang salah dengan itu. Mereka rela mengeluarkan dana besar-besaran untuk mengantar kepergian orang yang mereka cintai. "Saya pikir dia akan sangat bahagia," kata Richard, putra Joanna, saat beberapa tamu ikut menari di sekelilingnya.
"Saya pikir jika dia ada dimana saja, jika ibu saya ada dimana saja, dia akan sangat bahagia," ujarnya menegaskan. (ren)