Presiden Venezuela Dikomplain Penyanyi Despacito
- REUTERS/Jorge Silva/File Photo
VIVA.co.id – Presiden Venezuela Nicolas Maduro mencoba menggunakan "Despacito," lagu latin yang sedang hit, untuk menarik perhatian dalam kongres. Namun penyanyi lagu tersebut menyatakan keberatan karya mereka digunakan untuk kepentingan politik.
Lagu tersebut diganti liriknya dan digunakan untuk mengajak rakyat Venezuela memilih Majelis Konstituante, yang akan memiliki wewenang besar untuk merevisi dasar negara dan mengganti undang-undang."
"Ajakan kami agar Anda memilih Majelis Konstitueante adalah untuk menyatukan negara.. Despacito!" ujarnya, seperti dikutip dari Reuters, 25 Juli 2017. Ia lalu memutar lagu yang sudah diremix dan diganti liriknya itu.
Namun penyanyi asal Puerto Rico Luis Fonsi dan Daddy Yankee, yang menyanyikan lagu tersebut menyatakan keberatannya.
"Tidak ada gunanya saya bertanya, saya juga tidak mengizinkan, penggunaan atau perubahan lirik Despacito "untuk ambisi politik, dan apalagi di tengah situasi menyedihkan kehidupan Venezuela, negara yang sangat saya cintai," kata Fonsi dalam sebuah pesan yang disampaikannya melalui Twitter.
Sementara rekannya, Daddy Yankee memajang gambar Maduro dengan sebuah salib merah besar di atasnya di Instagram.
"Bahwa Anda secara ilegal telah menggunakan sebuah lagu, yang tak layak disandingkan dengan kejahatan yang Anda lakukan di Venezuela. Rezim diktator Anda adalah sebuah lelucon, tidak hanya untuk saudara-saudara Venezuela saya, tapi juga untuk seluruh dunia," katanya.
"Dengan rencana pemasaran yang jahat ini, Anda hanya menonjolkan cita-cita fasis Anda," ujarnya menambahkan.
Selama beberapa bulan terakhir, jutaan rakyat Venezuela terus melakukan demonstrasi melawan Maduro. Perekenomian Venezuela terus memburuk selama dipegang Maduro, mantan sopir bus dan pemimpin serikat pekerja yang terpilih menggantikan almarhum Hugo Chavez pada tahun 2013. Namun Maduro terus mengatakan bahwa krisis ekonomi dan politik yang terjadi di negaranya adalah akibat rekayasa yang dilakukan oleh oposisi yang mendapat dukungan asing.