LSM Australia Bongkar Penjual Daging Anjing Beracun di Bali
- BBC/Animals Australia
VIVA.co.id – Sekelompok warga Australia dari LSM Animals Australia melakukan investigasi perdagangan makanan dari daging di Bali. Mereka berpura-pura sedang membuat film dokumenter tentang makanan lokal.
Temuan mereka sangat mengejutkan. Kelompok ini berhasil membongkar jaringan pedagang daging anjing, yang ternyata menewaskan anjing dengan cara diracun dengan sianida. Daging anjing beracun itu lalu diolah menjadi aneka masakan. Warung penjualnya memasang kode RW, tapi sebagian besar turis tak paham. Mereka mengira menyantap daging dari hewan lain.
Laporan yang dirilis oleh Australian Broadcasting Corp itu mengatakan, sebagian penjual mengecoh turis yang tak paham. Para penyelidik yang menyamar itu diundang oleh seorang pemilik restoran untuk menyaksikan bagaimana pemburu anjing menangkap anjing di Kintamani, sebelah utara Bali. Mereka menyaksikan langsung bagaimana hewan-hewan itu diracun dengan sianida, dipukuli sampai mati, juga digantung di pohon.
Dilaporkan oleh BBC, 21 Juni 2016, racun sianida tak hancur sesudah dimasak. Oleh karena itu, menyantap daging hewan yang mati karena diracun sianida sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.
"Kita akan terkena zat yang sangat beracun, karena sianida menjalar di seluruh tubuh anjing," kata Dokter Andrew Dawson, Direktur Pusat Informasi Racun New South Wales kepada ABC dalam program tersebut.
Salah seorang penyidik mengaku sempat mematikan alat rekam karena tak tega melihat seekor anak anjing yang meregang nyawa. "Ia memakan kepala ikan yang sudah diracun. Ia menderita cukup lama sesudah diracun, dan akhirnya mati. Untuk pertama kalinya dalam karier saya, saya mematikan kamera. Saya mengelus tubuh hewan tersebut, dan meminta maaf," ujarnya.
Lembaga perlindungan hak-hak hewan Bali menyerukan gubernur Bali agar melarang konsumsi daging anjing. Petisi yang mereka ajukan telah ditandatangani oleh hampir 75.000 orang. Kelompok tersebut memperkirakan, setiap tahunnya di Bali terdapat 70.000 ekor anjing yang diracuni, ditembak, atau dipukul sampai mati kemudian dijual dagingnya.
Humas Provinsi Bali, Dewa Mahendra mengaku belum mendengar masalah ini. Namun menyatakan mereka akan menindaklanjuti temuan itu. (ase)