Ibu Pelaku Teror London Dukung Anaknya Tak Disalatkan
- EPA/The Sun
VIVA.co.id – Salah seorang pelaku teror London, Youssef Zaghba, masih memiliki ibu yang tinggal di Italia. Kepada sejumlah wartawan yang mendatanginya, ibu dari pemuda berusia 22 tahun itu mengakui, sejak 2016 anaknya mulai menunjukkan gejala radikal.
Valeria Collina Khadija, adalah seorang mualaf dan warga Italia. "Sejak tahun 2016, sudah ada masalah dengan anak saya. Faktanya, ia ditahan di Bandara Bologna saat ia mencoba menuju Suriah melalui Turki," ujarnya seperti ditulis BBC, 8 Juni 2017. "Ia terus mengajak saya untuk pindah ke Suriah dan tinggal di sana. Menurutnya, di sana ada Islam yang murni," ujarnya menambahkan.
Tapi Valleria menolak keinginan anaknya. "Kamu sudah gila ya? Saya tak punya niat untuk tinggal di Suriah bersama kamu atau siapapun. Saya sudah nyaman dengan negara ini," kata Valleria pada Youssef.
Sejak mengaku ingin menjadi teroris di Bandara Bologna, Kepolisian Italia mulai mengawasi tingkah laku Yousseff. Collina mendukung hal tersebut. Bahkan intelijen Italia ikut membagikan informasi mengenai anaknya ke negara-negara lain, termasuk Inggris. Meski dalam pengawasan, Youssef Zaghba tetap diijinkan bepergian ke luar negeri.
Sejak insiden di Bologna, ia meminta Youssef untuk berhati-hati. Collina juga meminta anaknya mengurangi interaksi dengan internet atau menemui orang-orang asing. Tapi ia tak bisa lagi mencegah ketika anaknya memutuskan ke London.
Di London, Youssef bekerja di Islamic News Channel. Namun ibunya mulai khawatir. Saat Youssef mengirimkan foto, yang sekarang beredar luas, Collina mengomentari bahwa foto itu terlalu serius. Ia minta Youssef mengiriminya foto dengan wajah tersenyum.
Dukung Tak Mensalatkan dan Menguburkan
Dua hari sebelum kejadian serangan di London Bridge dan Borough Market, ibu dan anak ini masih bertelepon. "Itu adalah percakapan yang menyenangkan. Kami bicara seperti biasa," ceritanya seperti dikutip dari BBC.
Saat mendengar kejadian London, Collina berusaha mencari tahu kabar anaknya. Namun tak berhasil. Ia juga meminta teman-temannya yang berada di Inggris untuk mendatangi rumah Youssef, tapi nihil.
Tiga hari setelah kejadian, polisi mendatangi rumahnya dan menyampaikan anaknya adalah salah satu pelaku serangan London. Collina bersedih, tapi ia mengaku memikirkan perasaan keluarga korban. "Saya bisa memahami tragedi ini buat diri saya sendiri. Tapi sedikitpun saya tak punya keberanian untuk membandingkan rasa sakit yang saya miliki pada mereka. Hal yang bisa saya sampaikan pada mereka adalah, saya juga seorang ibu, saya juga merasakan betapa ini menyakitkan," ujarnya.
Collina juga mendukung keputusan sejumlah Imam masjid di London yang menolak mensalatkan dan menguburkan anaknya, "Saya mengerti, sangat benar dan perlu dalam kondisi ini untuk memberikan sinyal kuat. Kita perlu menunjukkannya. Karena press menuduh Muslim tak mengambil sikap. Tapi kami melakukannya."
"Ini adalah yang mengerikan. Ini seharusnya tak terjadi, dan tak boleh terjadi lagi. Dan saya akan melakukan apa saja untuk membantu mencegah ini. Kita perlu lebih banyak lagi mengedukasi anak-anak muda," ujarnya menutup pembicaraan. (mus)