Trump Yakin Kesepakatan Soal Perubahan Iklim Cuma Tipuan

Presiden AS, Donald John Trump.
Sumber :
  • REUTERS.com

VIVA.co.id – Presiden AS, Donald Trump, memastikan bahwa Amerika Serikat akan menarik diri dari Kesepakatan Paris Soal Iklim atau Paris Climate Agreement soal memerangi perubahan iklim. Ia memastikan keputusan itu setelah lebih dari 115 kali men-tweet keburukan Kesepakatan Paris.

Trump, mengatakan apa yang ia lakukan adalah bagian dari niatnya memenuhi janji kampanye yang akan mendahulukan Amerika.  Menurut Trump, kesepakatan Paris akan merusak ekonomi AS, merugikan pekerjaan AS, melemahkan kedaulatan nasional Amerikan dan membuat negara tersebut akan mendapat kerugian permanen dari negara-negara lain. "Kita tak ingin pemimpin lain dan negara lain menertawakan kita lagi. Dan mereka tak akan bisa melakukannya," ujar Trump seperti diberitakan oleh Reuters, 2 Juni 2017.

"Negara-negara yang sama meminta kita untuk tetap dalam kesepakatan tersebut adalah negara-negara yang secara kolektif membiayai triliunan dolar Amerika melalui praktik perdagangan yang sulit dan dalam banyak kasus memberikan kontribusi yang lemah terhadap aliansi militer kritis kita," ujar Trump menambahkan.

Langkah Trump ini menuai kecaman tak hanya dari negara-negara yang menjadi sekutu AS dan para pemimpin bisnis, namun juga kecaman di dalam negeri. Mantan Presiden AS Barack Obama menyatakan penyesalan itu.  "Bahkan jika kepemimpinan Amerika tak ada, atau bahkan jika saat ini pemerintahan ini bergabung dengan segelintir negara yang menolak masa depan, saya tetap yakin bahwa negara ini, kota ini, dan bisnis kita akan melangkah maju dan bisa melakukan lebih banyak lagi untuk memimpin, dan melindungi generasi penerus dari satu planet yang kita miliki," ujar Obama.

"Keputusan hari ini adalah kemunduran bagi lingkungan dan untuk posisi kepemimpinan AS di dunia," ujar Chief Executive Goldman Sachs Group Inc Lloyd Blankfein melalui cuitannya di Twitter.

Trump, yang telah menyebut kesepakatan perubahan iklim sebagai tipuan, mengatakan bahwa pemerintahannya akan kembali memulai negosiasi, baik untuk kembali memasuki kesepakatan Paris atau memiliki kesepakatan baru dengan "persyaratan yang adil bagi Amerika Serikat, bisnis, pekerjanya, rakyatnya, dan pembayar pajaknya." Dia mengeluhkan secara khusus, tentang persyaratan China berdasarkan kesepakatan.

Pemimpin internasional termasuk Paus meminta Trump untuk tidak menindaklanjuti keputusannya itu. Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Italia Paolo Gentiloni mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama, bahwa kesepakatan tersebut tidak dapat dinegosiasi ulang dan mendesak sekutu mereka itu  untuk mempercepat upaya memerangi perubahan iklim. Mereka berjanji untuk berbuat lebih banyak untuk membantu negara-negara berkembang beradaptasi.

"Meski keputusan AS mengecewakan,  kami tetap terinspirasi oleh momentum pertumbuhan di seluruh dunia untuk memerangi perubahan iklim dan transisi menuju pertumbuhan ekonomi yang bersih," kata Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.

Hadir di COP 28 Dubai, Hilmi Panigoro Buka-bukaan 4 Strategi Bisnis Keberlanjutan Medco Energi

Kantor berita China Xinhua mempublikasikan sebuah komentar mengenai keputusan Trump untuk menarik diri dari kesepakatan Paris, yang menggambarkannya sebagai "kemunduran global."

Tindakan Trump ini membuat Amerika Serikat keluar dari kesepakatan yang ditandatangani oleh hampir semua negara di dunia dalam salah satu isu global yang menekan pada abad ke-21. Hanya Suriah dan Nikaragua yang tak ambil bagian dalam kesepakatan tersebut. (ren)

Pergeseran Geopolitik Jadi Tantangan, Jokowi: Perlu Kebijakan Jitu
Presiden Prabowo Bertemu Sekjen PBB Antonio Guterres

Di Hadapan Sekjen PBB, Prabowo Tegaskan Komitmen Indonesia terhadap Energi Terbarukan

Presiden Prabowo Subianto melakukan pertemuan bilateral dengan Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres di Rio de Janeiro, Brazil pada Minggu,

img_title
VIVA.co.id
18 November 2024