May Day di 100 Hari Pemerintahan Trump, Imigran Jadi Sorotan
- REUTERS/Lucy Nicholson
VIVA.co.id – Hari Buruh Internasional atau May Day yang diperingati tiap 1 Mei, pada tahun ini bertepatan dengan akhir pekan pertama 100 hari pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald John Trump.
Ratusan ribu demonstran diperkirakan turun ke jalan pada Senin (Selasa waktu Indonesia) dalam peringatan May Day, di mana mereka akan memprotes kebijakan Trump soal hak-hak pekerja, terutama nasib para imigran.
Menurut situs Salon, Senin, 1 Mei 2017, pemerintahan Trump dinilai melakukan kesewenang-wenangan karena menyerang imigran dari seluruh dunia, khususnya Muslim. Hal ini berimbas ke perolehan haknya sebagai pekerja.
Diperkirakan, demontrasi ini akan menjadi yang terbesar sejak 40 tahun. Titik lokasi demonstrasi berada di ibu kota Washington DC, Los Angeles, New York, Portland, Oregon, sampai Miami.
Direktur UCLA Labor Center dan Wakil Presiden Federasi Guru California, Kent Wong, menjelaskan bahwa May Day kali ini dipelopori oleh Federasi Buruh Los Angeles, di mana mewakili lebih dari 800 ribu anggota serikat pekerja.
"Beberapa kampanye pengorganisasian tenaga kerja paling dinamis di Los Angeles telah dipimpin oleh pekerja imigran, termasuk petugas kebersihan, pekerja hotel, pekerja rumah tangga, pekerja makanan, dan pekerja cuci mobil," kata Kent.
May Day di AS kali pertama digelar pada 1 Mei 1886 di Chicago yang menuntut hak bekerja selama delapan jam. Kala itu, para buruh bekerja rata-rata 10-16 jam per hari.
Sehingga, menyebabkan kematian dan sakit berkepanjangan. Hal ini bukanlah hal yang aneh saat itu. Alhasil, para buruh mulai geram dan menginginkan perubahan.
Baru pada 1886, para buruh dapat membentuk kelompok dan mendeklarasikan maksimal jam kerja delapan jam per hari. Sementara, peringatan Hari Buruh Internasional ditetapkan sebagai hari libur di masa pemerintahan Presiden AS Dwight D. Eisenhower.
Adapun, pada 2006, para demonstrasi melakukan protes soal UU Federal mengenai imigran yang tinggal di AS tanpa dokumen lengka sebagai tindak kejahatan. Hal ini membuat 500 ribu demonstran turun ke jalan di Chicago.