Mampukah Wapres AS Ubah Citra Negatif Anti Islam?
- REUTERS/Jonathan Ernst
VIVA.co.id – Kedatangan Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence ke Masjid Istiqlal pada sore hari ini dinilai tidak akan cukup meredakan kekhawatiran bahwa pemerintah AS anti terhadap Islam.
Menurut Fawaz Gerges, pakar Timur Tengah dan Islam dari London School of Economics, AS memerlukan lebih dari sekadar kunjungan untuk memperbaiki citra. Sebab, selama kampanye presiden tahun lalu, Donald John Trump menyamakan terorisme radikal dengan Islam.
"Sangat jelas bahwa pernyataan Presiden Trump selama ini tentang Islam telah membuat "kerusakan yang cukup besar" dan mencederai reputasinya di dunia Islam. Diperlukan "kerja keras ekstra" dan tidak hanya sekadar kunjungan," katanya, seperti dikutip situs Channel News Asia, Kamis, 20 April 2017.
Kunjungan Pence ke masjid terbesar di Asia Tenggara ini diharapkan mencerminkan pergeseran sikap AS "ke arah yang positif" terhadap Islam. Terakhir, mantan Presiden AS Barack Obama bersama Michelle mengunjungi Istiqlal pada 2010.
Sekitar 90 persen dari 255 juta penduduk Indonesia beragama Islam. Sejak menjadi presiden hampir 100 hari, Trump telah menjadi tuan rumah bagi pemimpin dari negara mayoritas Muslim seperti Yordania, Irak, Arab Saudi dan Mesir.
Namun, pemerintahannya mencoba untuk melarang wisatawan dari beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim, dengan alasan kekhawatiran tentang terorisme - sebuah upaya yang saat ini ditentang keras oleh pengadilan AS.
Pence dan rombongan mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, pada Rabu, 19 April pukul 23.30 WIB, menggunakan dua pesawat kenegaraan.
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan menyambut kedatangan orang kedua di AS itu. Berdasarkan informasi yang dihimpun, selama di Indonesia, Pence bakal menginap di Hotel Shang-Ri La, Jakarta Pusat. (mus)