Gara-gara Burka, Norwegia Kisruh
- Reuters/Phil Noble
VIVA.co.id – Dewan Islam Norwegia (Islamsk Råd Norge/IRN) mendapat kecaman setelah menunjuk Leyla Hasic (32), seorang juru bicara baru, yang memakai burka atau niqab.
Kementerian Kebudayaan, anggota parlemen serta organisasi Muslim Norwegia mengkritik langkah IRN tersebut.
Langkah ini muncul setelah pemerintah Norwegia menggelontorkan dana sebesar 484 ribu kroner (Rp732 juta) untuk IRN untuk meningkatkan dialog antaragama.
Mengutip situs BBC, Sabtu, 1 April 2017, Parlemen Norwegia mendukung pelarangan burka atau niqab di sekolah-sekolah.
Tahun lalu, pemungutan suara untuk soal pelarangan burka mendapat dukungan lintas partai dan kemungkinan larangan serentak akan diberlakukan pada akhir 2017.
Beberapa negara di Eropa telah melarang pemakaian burka atau niqab di tempat-tempat umum.
Penunjukan resmi Hasic pada akhir pekan bertujuan untuk mempromosikan persatuan antara Muslim dan non-Muslim. Sekretaris Jenderal IRN, Mehtab Afsar, mengungkapkan kepada televisi Norwegia bahwa Hasic dipilih karena ia memiliki kualifikasi terbaik.
"Saya heran kenapa orang-orang sama yang begitu peduli tentang kebebasan berekspresi bisa bertindak seperti ini. Ketika seorang perempuan memakai burka muncul dan berpartisipasi dalam kegiatan kami," katanya.
Akan tetapi, pernyataan Afsar langsung ditanggapi oleh Menteri Kebudayaan Norwegia Linda Helleland. Dalam unggahan Facebook-nya, ia mengatakan bahwa langkah itu 'keliru' dan akan 'menciptakan jarak dan kesalahpahaman'.
Senada, Anggota Parlemen Muslim Norwegia, Abid Raja, mengatakan bahwa penunjukkan Hasic 'bukan hari yang baik bagi umat Islam'. "Ini tidak bijaksana dan merusak kepercayaan diri umat Islam yang perlu membangun hubungan dengan masyarakat Norwegia," terang dia.
Pada Selasa, 28 Maret lalu, beberapa kelompok Muslim mengeluarkan siaran pers bersama yang menyatakan bahwa mereka kehilangan kepercayaan terhadap IRN. Selain itu, sejumlah masjid akan menarik diri dari keanggotaan IRN setelah isu kontroversi ini muncul.