Krisis Ekonomi Venezuela, Toko Roti Diawasi Ketat
- REUTERS/Carlos Garcia Rawlins
VIVA.co.id – Krisis ekonomi yang melanda Venezuela belum selesai meski sudah tiga tahun berlalu. Pemerintah Venezuela bahkan memberlakukan aturan ketat pada toko roti.
Aturan ketat tersebut dibuat setelah stok gandum nasional, yang selama ini menjadi bahan utama pembuatan roti, terus menipis. Para pengusaha roti menyalahkan pemerintah atas kelangkaan itu. Menurut mereka, 80 persen stok gandum negara sudah habis.
Tapi pemerintah menyalahkan kelompok bisnis yang menjadi oposisi pemerintah. Menurut pemerintah, kelompok ini sengaja menahan produksi, menimbun gandum, dan menaikkan harga gila-gilaan. Sejumlah kritikus tetap menyalahkan pemerintah yang dianggap gagal mengontrol harga dan mengontrol mata uang.
Akibat kelangkaan gandum, pemerintah Venezuela membuat aturan yang membatasi toko roti dalam pembuatan produksinya. Seluruh toko roti di negara yang terpuruk setelah harga minyak jatuh itu diminta lebih banyak membuat roti, dan mengurangi pembuatan cake, pastry, dan croissant. Mereka diminta 90 persen gandum yang dibeli harus dialokasikan untuk pembuatan roti. Situasi krisis ini disebut pemerintah Venezuela sebagai "Perang Roti".
Aturan tersebut ditentang sebagian besar toko kue. Karena keuntungan menjual roti tak sebanyak keuntungan menjual yang lain. Akibatnya, pemerintah mengancam akan mengambil alih seluruh toko roti dan mengirimkan ratusan tentara untuk mengawasi semua toko roti di Venezuela.
Pekan ini, pemerintah menangkap empat orang pengusaha bakery karena membuat brownies dan aneka pastry lebih banyak dibanding membuat roti. Pemerintah juga telah mengambil alih satu toko bakery dan akan mengawasinya secara penuh selama 90 hari.
"Mereka yang berada di balik 'perang roti' ini harus bertanggung jawab. Dan jangan biarkan mereka kelak akan berkomentar ini adalah penganiayaan secara politik," ujarnya seperti dikutip dari BBC, 17 Maret 2017.
Fevipan, asosiasi pengusaha roti di negara itu meminta agar pemerintah bersedia bertemu dengan mereka. Menurut Fevipan, tak ada kestabilan yang bisa dicapai tanpa menjual produk dengan harga yang tinggi.