Ulama Turki di Jerman Dituding Jadi Mata-mata
- Reuters/Ina Fassbender
VIVA.co.id – DITIB, asosiasi pengurus masjid terbesar di Jerman diminta untuk mengambil keputusan yang fundamental dengan melepaskan diri dari ketergantungan mereka pada Turki. Keputusan tersebut diambil setelah adanya laporan bahwa sejumlah imam mereka diawasi gerak geriknya oleh warga Jerman.
Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas de Maiziere mengatakan, selama ini DITIB selalu mendatangkan ulama dari Turki untuk melayani lebih dari tiga juta warga Turki di Jerman. Namun sejak Januari 2017, Jaksa Agung Jerman membuka investigasi yang menyelidiki adanya kemungkinan aksi mata-mata yang dilakukan oleh ulama yang didatangkan dari Ankara.
"Langkah konkrit dibutuhkan untuk memberi kejelasan dan memastikan transparansi atas independen dan otonomi dari asosiasi nasional dan asosiasi negara dari Ditib," ujar de Maiziere usai melakukan pertemuan dengan Konferensi Islam Jerman, seperti diberitakan oleh BBC, 15 Maret 2017.
Komentar Mendagri Jerman itu disampaikan ditengah meningkatnya ketegangan antara Turki dengan negara-negara Eropa seperti Jerman dan Belanda. Kedua negara meyakini, Ankara terus berupaya untuk mewujud menjadi negara otoriter.
Ditib juga mengikuti peringatan dari biro intelijen dalam negeri Jerman pekan lalu, mengenai adanya peningkatan intel Turki di Jerman mendekati referendum Turki yang akan digelar pada 16 April. Jika mayoritas warga Turki setuju dengan referendum ini, maka Presiden Turki akan memiliki kekuasaan yang sangat besar.
Otoritas keagamaan Turki membantah adanya keterlibatan imam mereka dalam akifitas ilegal dan menegaskan, penyelidikan atas dugaan mata-mata mencemarkan nama baik organisasi mereka.
De Maiziere menyatakan sangat prihatin atas laporan yang menyebut kemungkinan adanya aktfitas mata-mata yang dilakukan oleh ulama Ditib. Ia mengatakan, jika itu benar terjadi, maka tindakan tersebut sangat tak bisa diterima. "Sebuah organisasi yang dipengaruhi sedemikian rupa oleh negara lain tak akan bisa memenuhi persyaratan yang diperlukan sebagai sebuah komunitas religius," ujarnya.
Ia menegaskan, DITIB akan melalui beberapa proses untuk menegaskan posisinya sebagai sebuah organisasi religius di Jerman. Jika DITIB terindikasi sangat dipengaruhi oleh negara lain, maka Jerman akan mempertimbangkan kembali apakah akan meneruskan kembali posisi DITIB sebagai penyaji agama Islam di sekolah-sekolah mereka.