Trump Izinkan CIA Mengebom Teroris Pakai Drone
- REUTERS/Jonathan Ernst
VIVA.co.id – Presiden Amerika Serikat Donald Trump berikan lampu hijau untuk agen-agen CIA dalam memberantas teroris. Caranya lain dari pada yang lain, ia mengizinkan CIA mengebom militan tersebut memakai pesawat kecil tak berawak atau drone.
Mengutip dari Sputniknews, Selasa 14 Maret 2017, wewenang baru ini merupakan pergeseran dari kebijakan mantan Presiden Barack Obama yang membatasi kemampuan CIA untuk terlibat dalam kegiatan paramiliter. Hal ini juga dianggap sebagai pertanda baik mengurangnya ketegangan hubungan antara lembaga intelijen itu dan Pentagon.
Sebagai bagian dari rencana Presiden Trump untuk menghancurkan ISIS, untuk pertama kalinya CIA menggunakan kekuatan rahasia baru pada akhir Februari ini. Serangan "diam-diam" ini digunakan untuk menyerang seorang pemimpin senior al Qaeda di Suriah, Abu al-Khayr al-Masri. Ia adalah menantu dari almarhum pemimpin al Qaeda Osama Bin Laden.
Berita tewasnya Masri menggemparkan publik, namun sampai detik ini publik masih belum menyadari bahwa CIA mengambil peran dalam serangan tersebut. Serangan CIA hanya berlaku untuk Suriah pada saat ini, tetapi kemungkinan mereka akan terlibat dalam tindakan serupa di Somalia, Libya, Yaman, dan negara-negara lain di mana Washington sedang mencoba untuk memberantas kelompok militan.
Menurut keterangan dari pejabat AS, Presiden Trump menyerahkan otoritas baru ini ke CIA hanya sehari setelah ia dilantik, sebelum Mike Pompeo ditetapkan sebagai direktur CIA. Pasukan militer menyatakan mereka akan melaksanakan misi itu tanpa persetujuan dari Pentagon dan Gedung Putih.
"Ada banyak masalah dengan program ini (pesawat tak berawak) dan program pembunuhan yang ditargetkan, tetapi CIA harus keluar dari bisnis pemesanan serangan mematikan," kata Christopher Anders, Wakil Direktur ACLU, yang menjelaskan bahwa persetujuan Pentagon untuk melakukan penyerangan meningkatkan akuntabilitas.
Bukan berarti CIA tidak bisa memiliki peran dalam membantu penyerangan di target lokasi, tapi keputusan itu, kata Christopher Anders, entah untuk menyerang atau tidak untuk menyerang dan perintah tersebut harus datang dari komando militer. CIA harus menjadi agen intelijen asing dan analisis organisasi, bukan paramiliter.
Di sisi lai saat mantan Presiden AS Barack Obama menjabat, ia menganjurkan Departemen Pertahanan untuk melakukan serangan kepada kelompok miltan menggunakan drone pada tahun 2013, di tengah tekanan ACLU, kelompok sipil dan kelompok kebebasan lain. Sayangnya, kebijakan Obama ini dipermasalahkan oleh oposisi di Kongres.