Anak-anak Indonesia Sebarkan Perdamaian Dunia Lewat Tarian
- Dok. KBRI Roma
VIVA.co.id – Sembilan anak Indonesia berusia antara 9 sampai 18 tahun, yang tergabung dalam sanggar Kinnari dari Jakarta, berpartisipasi dalam Festival Internazionale ‘l Bambini del Mondo’ atau Festival Anak-anak Dunia ke-17 di kota Agrigento, Sicilia, Italia.
Mereka tampil membawakan ragam tarian Indonesia, yaitu Ratoeh Duek Saman dari Aceh, Zapin dari Riau dan tari Topeng Lambang Sari dari Betawi.
Berada di Agrigento pada tanggal 4-9 Maret 2017, mereka tampil dalam berbagai kesempatan bersama anak-anak dari Bulgaria, Polandia, Ukraina, Turki dan tuan rumah Italia.
Pada salah satu penampilan di Aula Universitas Propinsi Agrigento, yang dihadiri sekitar 700 siswa Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar, mereka berbagi keceriaan dengan sejumlah anak Italia.
Bersama, mereka belajar menarikan sebagian gerakan tangan khas tarian Saman. Tak jarang, tepuk tangan menggaung dari tribun penonton.
Penampilan mereka memang terlihat spesial. Mereka mengenakan gaya tarian dan kostum Aceh, menonjolkan kekompakan gerakan badan dan tangan antarpenari.
Sementara itu, penampil dari negara lain memiliki kemiripan gaya satu sama lain, khas tradisional Eropa yang lebih banyak menggunakan gerakan kaki.
Tak heran bila setiap penampilan mereka selalu berhasil mencuri perhatian penonton. Baik pada saat karnaval di kompleks bangunan Yunani kuno atau di jalan utama pusat kota, pusat perbelanjaan, auditorium kampus, hingga di Teater Pirandello yang megah.
Sebelum berangkat ke Sicilia, anak-anak ini singgah di Roma dan mendapat wejangan dari Des Alwi, Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) Kedutaan Besar Republik Indonesia di Roma. Ia mendorong mereka untuk melakukan yang terbaik sebagai duta bangsa dalam menyebarkan perdamaian lewat tarian. Sejenak, mereka sempat menampilkan Tari Ratoeh Duek Saman di pelataran Colosseum, objek wisata yang menjadi ikon Italia dan mendapat sambutan meriah dari para wisatawan.
Pimpinan Sanggar Kinnari, Ida Riyanti, mengemukakan makna historis dan substantif yang melekat dalam festival ini patut dijaga. Di antaranya ialah upaya menanamkan nilai harmoni dan perdamaian dunia bagi anak muda. Ia juga berharap Indonesia memberi perhatian lebih terhadap peran budaya dalam membangun karakter bangsa, dimulai dari usia dini dan anak-anak.
Sementara itu, salah seorang penari cilik, Syifa Amanda (11 tahun), mengkisahkan pengalamannya mengikuti festival ini.
“Seru, bisa berinteraksi, senang bisa bersosialisasi dengan orang asing, mengetahui budaya dan kebiasaan orang lain. Yang pasti, aku sangat bangga mewakili Indonesia dan senang dalam mengikuti festival ini," ujarnya, dalam rilis yang diterima VIVA.co.id, Sabtu, 11 Maret 2017.
Di samping harus mempersiapkan diri untuk setiap pertunjukan dan penampilan tarian, anak-anak ini juga dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan setempat. Terlebih, dalam membangun persahabatan dengan sesama tim misi budaya dari negara lainnya. Mereka harus kuat menghadapi suhu rendah dan angin yang bertiup kencang di penghujung musim dingin.
Lidah mereka juga harus beradaptasi dengan makanan khas Italia yang disajikan oleh pihak panitia, tidak jauh dari pasta atau pizza, selama berhari-hari.
Ketua Panitia Festival, Luca Criscenzo dari Associazione International Folk Agrigento (AIFA), menyampaikan kepada KBRI Roma bahwa kegiatan pertukaran budaya bagi anak-anak dapat membuka wawasan mereka tentang dunia yang lebih luas dan keragaman. Pengalaman pribadinya, ketika masih anak-anak, ia pernah diajak menari oleh mendiang ayahnya, yang merupakan pendiri festival ini.
Pengalaman ini membuat dirinya memiliki pikiran yang lebih terbuka dalam memahami kultur lainnya di dunia.
Kota Agrigento berada di sebelah barat daya Sicilia, pulau yang terletak di bagian paling selatan Italia, berhadapan dengan Laut Mediterania dan benua Afrika. Kota ini, dulu, pernah menjadi bagian dari Yunani kuno dan memiliki sejumlah peninggalan bersejarah yang menjadi situs warisan dunia UNESCO.
Kota yang dimaksud adalah kota tua Valle dei Templi yang dikenal dengan kuil Juno dan kuil Concordia.
Tahun ini, kota yang berpenduduk sekitar 60 ribu orang ini telah menyelenggarakan festival budaya tradisional (folklore) Mandorlo del Fiore. Festival ini adalah yang ke-72 kalinya untuk orang dewasa dan anak-anak yang ke-17 kali. Peninggalan bersejarah dan lanskap yang indah menjadikan kota ini salah satu tujuan wisata utama di pulau Sicilia. (one)