Konflik Malaysia dan Korea Utara, Siapa yang 'Kalah'?
- REUTERS/Olivia Harris
VIVA.co.id – Saling 'sandera-menyandera' warga negara yang dilakukan Malaysia dan Korea Utara, membuat Perdana Menteri Malaysia, Najib Tun Razak segera membuat pernyataan.
Jika sebelumnya menyebut aksi Korea Utara - yang menyandera 11 warga Malaysia dalam kompleks kedutaan besarnya di Pyongyang - sebagai 'tindakan yang tidak bisa dimaafkan', kini berubah.
Pak Tun - sapaan akrab PM Najib - mengatakan bahwa Malaysia tidak akan memutuskan hubungan diplomatik dengan Korea Utara. Ia pun tetap menjaga saluran komunikasi diplomatik untuk menghindari hal-hal yang berakibat fatal.
"Kedua negara tetap menjaga hubungan, karena Anda harus memiliki saluran untuk berbicara dengan mereka, untuk bernegosiasi dengan mereka. Itulah yang harus kita yakin," kata Pak Tun, seperti dikutip situs The Star, Kamis, 9 Maret 2017.
Akan tetapi, lanjut PM Najib, hingga kini pemerintahnya akan tetap berpegang pada keputusan untuk tidak membiarkan warga Korea Utara meninggalkan Malaysia. Selain itu, ia terus mendukung kepolisian melanjutkan penyelidikan atas kematian Kim Jong-nam.
Menurut Profesor Ayame Suzuki dari Universitas Doshisha, Kyoto, Jepang, Malaysia memainkan strategi yang dinamakan 'a game of chicken'. Yaitu, strategi di mana negara yang paling sedikit dirugikan biasanya menang.
Artinya, dalam kasus ini, sebenarnya Korea Utara yang paling dirugikan. PM Najib juga mengatakan pihak berwenang masih menunggu hasil laporan lengkap sampel DNA maupun identifikasi tubuh.
Apakah Malaysia akan mencari bantuan China selama krisis masih berlangsung, ia tidak mengungkapkan rincian apapun. "Intinya, kesejahteraan warga Malaysia adalah prioritas kami. Tapi memang, ada hal-hal yang sangat penting yang tidak bisa diungkapkan ke publik," papar PM Najib.
Sementara itu, Wakil Perdana Menteri, Datuk Seri Dr Ahmad Zahid Hamidi, mengatakan Kementerian Luar Negeri Malaysia akan mengadakan pembicaraan dengan Delegasi Korea Utara yang dipimpin Diplomat Senior Ri Tong-il.
"Wisma Putra (sebutan bagi Kemlu Malaysia) akan berdiskusi dengan mereka tentang cara untuk menyelesaikan masalah ini secara damai," katanya. Tong-il, mantan Duta Besar Korea Utara untuk PBB, beserta delegasi telah berada di Malaysia sejak pekan lalu untuk menjemput jenazah Kim Jong-nam.