Erdogan Geram, Sebut Kelakuan Jerman Seperti Nazi

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, langsung pulang ke negaranya begitu mendengar kabar kudeta.
Sumber :
  • REUTERS/Kenan Gurbuz

VIVA.co.id – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut pemerintah Jerman berkelakuan seperti Nazi. Ucapan itu disampaikan setelah pemerintah Jerman membatalkan unjuk rasa yang didesain untuk mengambil hati pemilih Turki di Jerman menjelang referendum.

Pernyataan Keras dan Blak-blakan Erdogan untuk Israel, Zionis, dan Netanyahu atas Genosida di Gaza

Pemerintah Jerman membatalkan rencana diaspora Turki di Jerman yang akan menggelar rapat politik yang sudah diagendakan Menteri Kehakiman Turki. Pemerintah Jerman beralasan, apa yang dilakukan warga Turki itu tak perlu dilakukan di Jerman. Keputusan pemerintah Jerman membuat Erdogan marah.

"Apa yang anda lakukan tidak berbeda dengan apa yang dilakukan Nazi di masa lalu," ujar Erdogan seperti dikutip dari BBC, 6 Maret 2017. Menurutnya, sikap pemerintah Jerman sangat tidak demokratis. Tuduhan Erdogan direspon oleh Jerman. Menteri Kehakiman Jerman Heiko Maas mengatakan, apa yang disampaikan Erdogan hal yang absurd, memalukan, dan aneh.

Ini Dalang di Balik Serangan Teror di Fasilitas Kedirgantaraan Turki

Sekitar 1,4 juta warga Turki di Jerman akan ikut berpartisipasi dalam referendum yang akan diadakan Turki pada bulan April. Para pemilih diminta menentukan, apakah mereka mendukung atau menolak konstitusi baru. Konstitusi ini akan mengganti negara Turki dari Republik Parlementer menjadi Presidensial. Referendum ini, jika disetujui mayoritas warga Turki, akan membuat Erdogan memiliki kekuasaan baru yang lebih besar dan lebih luas, dengan kekuatan dan wewenang Presiden Turki untuk membuat anggaran, juga mengangkat atau memberhentikam menteri dan hakim, juga kekuasaan untuk membubarkan parlemen.

Turki dan Jerman adalah sekutu dalam aliansi NATO, dan keduanya memiliki hubungan perdagangan yang sangat baik. Tapi eskalasi politik antara pemerintah Jerman dan Turki terjadi setelah Turki memenjarakan seorang jurnalis Jerman-Turki, yang bekerja untuk Die Welt dipenjara di Turki dengan tuduhan menyebarkan propaganda terorisme.  Deniz Yucel, dipenjara setelah menulis tentang bocoran email yang menunjukkan pengaruh anak tiri Erdogan, yang saat ini menjabat sebagai Menteri Energi, dalam pemerintahan Erdogan. Jerman berulangkali meminta agar Yuzel dibebaskan.

Erdogan Adakan Rapat Darurat Setelah Serangan Teror di Ankara

Namun Turki balik menuduh Jerman menyembunyikan kelompok teroris. Erdogan mengatakan, bahwa wartawan tersebut adalah agen dari militan Kurdi yang dilindungi oleh konsulat Jerman.

VIVA Militer : Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden AS Donald Trump

Erdogan ke Donald Trump: Selamat Kepada Teman Saya yang Menang Pilpres AS

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengucapkan selamat kepada capres dari Partai Republik Donald Trump atas kemenangannya dalam pemilu AS.

img_title
VIVA.co.id
6 November 2024