Pendidikan Tinggi RI Masih Jauh Tertinggal dari Jepang
- VIVAnews/KBRI Tokyo
VIVA.co.id – Mantan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi dari Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia, Satryo Soemantri Brodjonegoro, mengungkapkan perkembangan pendidikan di perguruan tinggi Indonesia dinilai cukup signifikan. Terlebih kampus-kampus sudah mengalami peningkatan dalam hal kualitas dan sistem.
Masalah utama pendidikan di perguruan tinggi Indonesia, kata Satryo, tidak terletak pada kurangnya tenaga pengajar atau pun anggaran. Masalah itu ada pada lemahnya koordinasi dan sistem yang diterapkan di kampus-kampus. Keduanya dinilai belum tepat sasaran, seperti misal sistem keuangan dan sistem kelembagaan.
"Masih jauh tertinggal dari Jepang. Saya tidak bisa menyalahkan mental dosen. Mereka seperti itu karena harus menghadapi sistem yang kurang sesuai untuk peran seorang dosen. Dosen itu sebenarnya tidak boleh dipaksa membuat jurnal," ujar Satryo, Kamis 23 Februari 2017, di Jakarta.
"Mereka harus diberi kebebasan agar dapat berkiprah sesuai kemampuan dan kapasitasnya. Kalau dipaksa untuk membuat sebuah karya tulis atau karya ilmiah, dampaknya ke kenaikan pangkat dosen. Kalau pangkat tidak naik, dia tidak dapat tunjangan," katanya menambahkan.
Menurutnya, maksud dari sistem tersebut memang baik, agar mutu dosen berkembang. Meski demikian, cara yang diterapkan masih belum pas karena tidak semua bidang, yang diambil oleh dosen sebagai bahan ajaran, memiliki jurnal.
"Misalnya, dosen diminta menyelesaikan tiga atau empat karya tulis dalam kurun waktu tiga atau empat tahun. Target penyelesaian satu karya tulis, yang sebenarnya, bisa mencapai lima atau sepuluh tahun," ucapnya.
Dosen, imbuh Satryo, harus diberi dua opsi, fokus mengajar atau melakukan penelitian, disesuaikan dengan kemampuan. Konsekuensinya, dosen tersebut harus rela menunda kenaikan pangkat atau karirnya di bidang penelitian kurang digandrungi publik. (ren)