Duterte Sebut Polisi Filipina Bodoh dan Idiot
- REUTERS/Ezra Acayan
VIVA.co.id – Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengancam polisi yang melakukan korupsi. Ia mengatakan akan mengirim mereka ke wilayah yang dikuasai ISIS, atau mereka boleh memilih keluar dari korps kepolisian.
Kemarahan Duterte pada polisi mengalami puncaknya setelah kasus kematian seorang pengusaha asal Korea Selatan. Pengusaha Korea Selatan, Jee Ick-joo, tewas di kantor polisi setelah ditangkap karena pelanggaran narkoba.
Istri dan pengacara Jee menyebut kasus tersebut ditutupi karena polisi menculiknya untuk meminta tebusan. Beberapa petugas polisi sedang diselidiki sehubungan dengan kematiannya. Kematian pengusaha Korea Selatan tersebut memicu perhatian internasional dan membuat Duterte meledak.
Bulan lalu, ia mencela polisi dengan mengatakan mereka adalah institusi yang korup. Duterte juga menghentikan sementara operasi anti-narkoba yang ia lakukan, namun bersumpah akan tetap melanjutkan operasi tersebut. Pada Selasa, 7 Februari 2017, ia berbicara di hadapan 400 anggota polisi di lapangan Istana Presiden. Mereka adalah polisi yang sedang dalam penyelidikan atas berbagai tuduhan. Di hadapan mereka, Duterte mengatakan mereka sebagai "bodoh, idiot, dan anak pelacur".
Diberitakan oleh Al Arabiya, 8 Februari 2017, ia bahkan menantang mereka. "Saya akan mengirim Anda semua ke Basilan. Tinggallah di sana selama dua tahun. Jika Anda berhasil bertahan hidup, Anda bisa kembali ke sini. Jika Anda tewas di sana, saya akan menyampaikan pada kepolisian, tak perlu mengirimkan apapun ke sana untuk membawa Anda kembali, tapi kuburlah Anda di sana," ujarnya.
Basilan adalah sebuah wilayah di selatan Filipina yang dikuasai Abu Sayyaf, yang juga menjadi jaringan ISIS di Filipina. Abu Sayyaf terkenal sebagai kelompok militan yang sering memenggal kepala tahanan mereka. "Bagi mereka yang tak ingin dikirim ke Basilan, sebaiknya hindari masalah. Hiduplah dengan bersih," ujarnya.
"Saya akan terus mengirimkan batalion untuk mengawasi Anda semua, karena kabar menyedihkan pengalaman di negeri ini, penjahat kriminal paling sadis adalah pria yang pernah menjadi anggota polisi atau militer," katanya menambahkan.
Sejak menjabat sebagai Presiden Filipina, Duterte langsung menjalankan kampanye Anti-narkotika. Hasilnya, selama tujuh bulan sudah 7.700 orang tewas. Sekitar 2.500 diantaranya tewas dalam operasi polisi. Seluruh pembunuhan tersebut sedang diselidiki oleh kelompok HAM. Namun kebanyakan dari mereka diduga tewas oleh warga atau pembunuh bayaran yang disewa polisi.
Badan Anti-Narkotika Filipina kini bertanggung jawab atas operasi narkoba yang dilakukan Duterte. Ia juga dikabarkan meminta bantuan militer untuk membantunya memerangi narkoba.Namun kematian pengusaha Korea Selatan tersebut menghentikan sementara perang Duterte melawan narkoba.