Tindakan Trump Tak Membuat Rakyat AS Merasa Lebih Aman
- Twitter/@lifeatgoogle
VIVA.co.id – Hanya sepertiga rakyat AS yang percaya bahwa pelarangan yang dilakukan oleh Trump pada imigran dari tujuh negara mayoritas Muslim akan efektif melindungi AS dari serangan terorisme.
Melalui jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters, tindakan Trump yang ditetapkan melalui perintah eksekutif itu telah membelah rakyat AS. Kurang dari sepertiga dari rakyat AS mengatakan, tindakan Trump tak membuat mereka merasa lebih aman.
Jajak pendapat itu dilakukan Reuters pada 30 dan 31 Januari 2017. Dari hasil jajak pendapat itu, 31 persen warga AS mengatakan pelarangan itu membuat mereka merasa lebih aman, 26 persen diantaranya mengatakan merasa kurang aman. Sementara 33 persen lainnya mengatakan kebijakan itu tak akan membawa perubahan apapun, dan sisanya mengaku tak tahu.
Perintah eksekutif Trump ditandatangani pada Sabtu, 28 Januari 2017. Perintah itu melarang pengungsi dan warga negara dari tujuh negara berpenduduk mayoritas Muslim memasuki AS, yaitu dari Iran, Irak, Suriah, Sudan, Somalia, Yaman, dan Libya.
Trump membantah bahwa larangan itu menyasar Islam dan Muslim. Ia mengatakan, tujuan larangan itu adalah untuk membentengi rakyat AS dari serangan teroris. Negara yang ia larang adalah negara yang terkenal dengan aksi terorisme."Ini bukan tentang agama. Ini tentang teror dan membuat negara ini tetap aman," ujarnya.
Berdasarkan hasil jajak pendapat itu juga diketahui, 49 persen warga AS setuju dengan keputusan Trump, sementara 41 persen lainnya tidak setuju. Sekitar 53 persen dari pemilih Demokrat mengatakan, mereka sangat tidak setuju dengan tindakan Trump, sementara 51 persen pemilih dari Republik mengatakan sangat setuju.
Namun, sebagian besar responden, mengaku tak seharusnya Trump mendahulukan pengungsi Kristen. Sekitar 56 persen warga AS tak setuju negara mereka menyambut pengungsi Kristen, dan menolak pengungsi Muslim. Dari 56 persen yang tak setuju, 72 persen dari mereka adalah warga Demokrat, dan 45 persen lainnya adalah Republik.
Jajak pendapat tersebut dilakukan secara online oleh Reuters/lpsos di 50 negara bagian AS. Total responden berjumlah 1.202 warga, 453 diantaranya berasal dari Demokrat, sedangkan 478 lainnya berasal dari Republik. Jajak pendapat ini memiliki interval kredibilitas, ukuran akurasi, dari tiga persen untuk seluruh sampel dan lima poin persentase untuk Demokrat dan Partai Republik. (ren)