Mengenal Ann M. Donnelly, Hakim Federal AS Pembela Imigran
- http://patch.com
VIVA.co.id – Hakim Ann M. Donnelly (58) dari Pengadilan Federal di Brooklyn, New York, Amerika Serikat, mengetok palu dengan menolak perintah Presiden Donald John Trump yang harus memulangkan 100-200 pengungsi dan imigran yang ditahan otoritas bandara di seluruh AS.
Keputusan yang terbilang berani ini dikeluarkan Hakim Ann M. Donnelly pada Minggu, 29 Januari lalu, dengan pertimbangan bahwa perintah larangan masuk terhadap pengungsi dan imigran dari tujuh negara muslim yang diteken Trump 'bisa menyebabkan nyawa mereka terancam'.
Tak pelak, keputusan ini disambut gembira. Nama Ann Donnelly menjadi buah bibir di seantero dunia. Masyarakat internasional bertanya-tanya, siapa sosok perempuan berkacamata ini yang berani 'melawan' perintah Presiden AS.
Mengutip situs Washington Post, Selasa, 31 Januari 2017, Donnelly harus menunggu setengah tahun untuk mendapat kesempatan meyakinkan Senat AS bahwa ia akan menjadi seorang hakim federal yang baik.
Pada musim semi 2015, 'hari keberuntungan' dia datang. Donnelly meraih posisi hakim federal di kota kelahiran Trump, New York. Setelah 12 tahun berlalu, tiba saatnya. Pada Sabtu malam pekan lalu, Donnelly duduk di ruang sidang di Brooklyn, sementara ada keluarga yang berteriak dan menangis di sejumlah bandara.
Pengumuman mendadak Presiden Trump yang melarang masuknya pengungsi dan pengunjung dari tujuh negara mayoritas Muslim telah membuat para ibu, ayah, keponakan, dan anak perempuan harus berdiri di sisi berlawanan dari koridor keamanan, sementara para pejabat federal memutuskan siapa yang akan dideportasi oleh keputusan sang presiden.
Saat itulah, putri dari Mary dan Jack Donnelly, yang pidato dan keputusannya selama ini jarang terdengar di luar gedung pengadilan, menjadi dikenal di seluruh dunia sebagai hakim pertama yang memblokir perintah Trump.
Salah satu keluarga imigran asal Iran di Bandara Boston, AS.
Tidak pernah sebelumnya dalam karier panjang Donnelly, ia mendapat perhatian seperti itu.
Teman sekamar Donnelly semasa kuliah, Darcy Gibson Berglund mengingat bahwa Donnelly adalah seorang yang intelektual, berkeinginan kuat dalam mengejar impian dan sangat tekun dalam belajar.
Donnelly kemudian menghabiskan seperempat abad berikutnya sebagai seorang jaksa di New York. Kasus yang paling terkenal adalah melawan dua pejabat eksekutif yang dituduh menjarah dan melakukan tindak korupsi atas perusahaan mereka sendiri.
Ia menjadi hakim negara selama beberapa tahun setelah kemenangannya dalam sidang Tyco, pada 2009, dan selama bertahun-tahun menangani sebagian besar kriminal di pengadilan.
Donnelly memang seorang pengacara pemerintah. Namun, malam itu ia tampil membela pengungsi dan imigran. Donnelly bertanya apakah pemerintah bisa menjamin keselamatan orang-orang terlantar tersebut.
Menurutnya, mengirimkan imigran kembali dapat menyebabkan kerusakan dan korban jiwa. Donnelly juga menulis sebuah perlawanan kepada pemerintah, yang kemudian viral ke seluruh dunia.
Puncaknya, Minggu dini hari, 29 Januari, tangisan dan histeris berubah menjadi kegembiraan karena keputusan Donnelly.