PM Kanada: Penembakan di Quebec adalah Teror Bagi Muslim
- Reuters/Matheau Bellanger
VIVA.co.id – Aksi penembakan di masjid di kota Quebec dikecam oleh Trudeau, dan membuat Wali Kota New York meningkatkan pengamanan di sekitar masjid.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan, penembakan yang terjadi pada sebuah masjid di Quebec, Kanada, adalah bentuk serangan teroris pada Muslim. "Kami mengutuk serangan tersebut, yang terjadi pada sebuah tempat ibadah bagi kelompok Muslim dan pengungsi," ujar Trudeau melalui pernyataannya, seperti diberitakan oleh Reuters, 30 Januari 2017.
Sebuah masjid di Quebec, Kanada menjadi sasaran serangan. Lima orang tewas dan delapan lainnya terluka setelah terjadi penembakan brutal di dalam masjid yang saat itu tengah dipenuhi oleh sekitar 40 jemaah. Menurut saksi mata, ada tiga pelaku penembakan di masjid yang berlokasi di dalam Pusat Budaya Islam Quebec.
"Malam ini juga, warga Kanada akan mengantar pemakaman pada mereka yang menjadi korban dalam serangan brutal di masjid di kota Quebec. Simpati dan duka saya untuk mereka yang menjadi korban, dan juga keluarganya," ujar Trudeau melalui akun Twitternya.
"Mengapa terjadi di sini? Ini sangat barbar," ujar Imam masjid, Mohamed Yangui. Ia mengaku tidak berada di dalam masjid saat kejadian, namun mendapat pemberitahuan melalui telepon. Saat itu, ia masih belum tahu, berapa jumlah korban karena mereka sudah langsung dibawa ke beberapa rumah sakit berbeda di seluruh Quebec.
Penembakan terjadi hanya beberapa jam setelah Trudeau mengatakan, Kanada akan tetap menerima pengungsi. Ucapan Trudeau disampaikan setelah Presiden AS mengumumkan penundaan dan pembatasan sementara warga dari tujuh negara mayoritas Muslim untuk memasuki AS dengan alasan keamanan.
Ucapan Trudeau juga mendapat dukungan dari anggota legislatif Kanada dari kelompok liberal, Greg fergus. "Ini adalah tindakan terorisme, hasil setelah selama bertahun-tahun mengutuk Muslim. Kalimat dan pernyataan kebencian akan menuai konsekuensinya," ujarnya melalui akun Twitternya.
Kebanyakan imigran Muslim yang memasuki Kanada berasal dari Afrika utara. Seperti Prancis, Quebec juga terus berjuang untuk melakukan rekonsiliasi dengan identitas Muslim yang setiap tahun terus bertambah. Bulan Juni 2016, sebuah kepala babi diletakkan di pintu masuk depan Pusat Budaya Islam tersebut.
Sejumlah jemaah mengaku mereka kini sudah merasa tak aman. "Kami tak tenang lagi di sini," ujar Mohammed Oudghiri. Ia biasanya selalu melakukan salat di masjid tersebut. Ia mengaku sudah tinggal selama 42 tahun di Kanada, namun baru kali ini berpikir untuk kembali ke Maroko, negara asalnya.
Zebida Bendjeddou yang meninggalkan masjid lebih cepat mengatakan masjid itu sudah beberapa kali menerima ancaman. "Tapi kami tak pernah menganggapnya secara serius. Namun kali ini, ancaman mereka malah terbukti," ujarnya.
Sementara itu, Wali Kota New York Bill de Blasio meminta polisi untuk mengetatkan penjagaan di seluruh masjid, tak lama setelah terjadi penembakan di Quebec. "Seluruh warga New York harus waspada. Jika Anda melihat sesuatu, katakan sesuatu," ujarnya melalui akun Twitternya.